VARIASI GLUKOSA DAN KORTISOL: STUDI AWAL RESPONS FISIOLOGIS KEPITING BAKAU SETELAH KEGIATAN TRANSPORTASI

VARIASI GLUKOSA DAN KORTISOL: STUDI AWAL RESPONS FISIOLOGIS KEPITING BAKAU SETELAH KEGIATAN TRANSPORTASI

Penulis

  • Sulistiono Sulistiono Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University, Agatis Street, Campus of IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
  • Marisa Marisa Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University, Agatis Street, Campus of IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
  • Dudi Muhammad Wildan Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University, Agatis Street, Campus of IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
  • Wildan Nurussalam Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University, Agatis Street, Campus of IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.24319/jtpk.16.85-91

Kata Kunci:

glukosa, kepiting bakau, kortisol, stress

Abstrak

Sistem pengangkutan kepiting bakau (Scylla spp.) yang selama ini dilakukan oleh masyarakat dengan meletakkan pada kotak sterofoam diperkirakan dapat menjadi pemicu tingkat stress pada biota tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai variasi glukosa dan kortisol kepiting bakau sebagai respons fisiologis setelah kegiatan transportasi. Analisis dilakukan terhadap 2 kelompok populasi kepiting bakau (I-Februari dan II-Maret 2024). Masing-masing populasi diamati sebanyak 3 kali, yaitu populasi kepiting yang baru datang dari pengambilan di lapang (H0), populasi kepiting yang sudah dipelihara 5 hari (H5), dan populasi kepiting yang sudah dipelihara selama 10 hari (H10) di karanjang plastik (30x25x20 cm3) dalam bak semen (180x180x75 cm3) yang berisi air laut (25 PSU). Kepiting diberi pakan berupa potongan ikan sebanyak dua kali. Pada populasi I, nilai glukosa dan kortisol rata-rata dari perlakuan H0 adalah 78,3±30,5 mg/100ml dan 0,5±0,1 ng/dL, pada H5 berkisar 42,7±4,9 mg/100ml dan 1,0±0,3 ng/dL, dan pada H10 berkisar 47,0±8,5 mg/100ml dan 0,6±0,2 ng/dL. Pada populasi II, pada H0 berkisar 60,4±37,4 mg/100ml dan 0,5±0,2 ng/dL, pada H5 berkisar 44,2±3,6 mg/100ml dan 0,9±0,3 ng/dL, dan pada H10 berkisar 75,2±19,7 mg/100ml (glukosa). Berdasarkan pengamatan tersebut, nilai glukosa pada kedua populasi kepiting bakau bervariasi (3,6-37,4 mg/100ml), dan melalui ANOVA nilai tersebut tidak berbeda nyata (p>0,05). Namun demikian terdapat tren penurunan pada H0 sampai H5.

Unduhan

Data unduhan tidak tersedia.

Referensi

CNN Indonesia. 2016. 175 Ribu Salmon 'Tak Sengaja Mati' karena Perubahan Suhu Air. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20161109133943-262-171454/175-ribu-salmon-tak-sengaja-mati-karena-perubahan-suhu-air. [16 Juni 2024].

Kanna I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau Pembenihan dan Pembesaran. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Kompas. 2021. Ekspor Produk Perikanan Indonesia pada Semester I 2021 Naik 7,3 Persen. https://money.kompas.com/read/2021/08/17/103000726/ekspor-produk-perikanan-indonesia-pada-semester-i-2021-naik-73-persen?page=all. [16 Juni 2024].

Koniyo Y. 2020. Teknologi Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata Forsskal) melalui Optimalisasi Lingkungan dan Pakan. Serang (ID): CV. AA. RIZKY.

Lestari DF, Syukriah. 2020. Manajemen Stres pada Ikan untuk Akuakultur Berkelanjutan. Jurnal Ahli Muda Indonesia. 1(1): 96-105. DOI: https://doi.org/10.46510/jami.v1i1.23.

Masjudi H, Tang UM, Syawal H. 2016. Kajian Tingkat Stres Ikan Tapah (Wallago leeri) yang Dipelihara dengan Pemberian Pakan dan Suhu yang Berbeda. Berkala Perikanan Terubuk. 44(3): 69-83.

Oktamalia, Apriyanto E, Hartono D. 2018. Potensi Kepiting Bakau (Scylla spp.) pada Ekosistem Mangrove di Kota Bengkulu. Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 7(1): 1-9. DOI: https://doi.org/10.31186/naturalis.7.1.9253.

Mota VC, Siikavuopio SI, James P. 2021. Physiological Responses to Live Air Transport of Red King Crab (Paralithodes camtschaticus). Fisheries Research. 237: 1-6. DOI: https://doi.org/10.1016/j.fishres.2021.105882.

Neil DM. 2012. Ensuring Crustacean Product Quality in the Post-Harvest Phase. Journal of Invertebrate Pathology. 110(2): 267-275. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jip.2012.03.009.

Romadhon, Suharto S, Sumardianto. 2021. Karakteristik Darah Mimi (Tachypleus gigas) sebagai Pendeteksi Bakteri Kontaminan Penghasil Endotoksin pada Produk Perikanan. Buloma: Buletin Oseanografi Marina. 7(1): 9-14. DOI: https://doi.org/10.14710/buloma.v7i1.19037.

Sabu S, Sasidharan A. 2020. Impact of Fishing on Freshness and Quality of Seafood: A Review. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 8(2): 193-198.

Sugiharto. 2021. Fisiologi Lingkungan Peternakan. Semarang (ID): UNDIP Press.

Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika: Edisi Ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Wendelaar BSE, Balm PHM, Lamers AE. 1995. The Involvement of ACTH and MSH in the Stress Response in Teleost Fish. Netherlands Journal of Zoology. 45(1-2): 103-106.

Widiastuti R, Widodo MS, Faqih AR. 2022. Respon Hormon Stress dan Glukosa Darah Benih Ikan Maru (Channa marulioides) terhadap Suhu Berbeda. Syntax Idea. 4(5): 843-851. DOI: https://doi.org/10.46799/syntax-idea.v4i5.1839.

Diterbitkan

2025-02-19

Terbitan

Bagian

JTPK FEBRUARI 2025

Cara Mengutip

Sulistiono, S., Marisa, M., Wildan, D. M., & Nurussalam, W. (2025). VARIASI GLUKOSA DAN KORTISOL: STUDI AWAL RESPONS FISIOLOGIS KEPITING BAKAU SETELAH KEGIATAN TRANSPORTASI: VARIASI GLUKOSA DAN KORTISOL: STUDI AWAL RESPONS FISIOLOGIS KEPITING BAKAU SETELAH KEGIATAN TRANSPORTASI. Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan, 16(1), 85-91. https://doi.org/10.24319/jtpk.16.85-91