Analisis Tingkat Kerawanan Dan Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Studi Kasus: Pesisir Kabupaten Tasikmalaya
Abstract
Kondisi geografis dan geologis, menjadikan Indonesia rawan terhadap bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami. Secara historis, tercatat sejak tahun 1900 hingga tahun 2018, terdapat 134 kejadian tsunami yang melanda wilayah pesisir Indonesia. Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi terjadinya tsunami adalah wilayah pesisir Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya analisis tingkat kerawanan dan upaya mitigasi tsunami di Kabupaten Tasikmalaya. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu memperkirakan luas wilayah yang terdampak tsunami dengan skenario tinggi gelombang 10 m, 15 m, dan 20 m, menganalisis tingkat kerawanan tsunami, memperkirakan jumlah penduduk yang terdampak, memetakan shelter, tempat evakuasi, dan jalur evakuasi tsunami, serta merencanakan upaya mitigasi struktural. Metode yang digunakan, yaitu dengan tool model builder, weighted overlay, InaSAFE, dan Network Analyst. Hasil pemodelan menunjukkan tsunami setinggi 10, 15, dan 20 meter dapat menggenangi wilayah seluas 12,25 km2, 18,47 km2, dan 24,69 km2. Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh tingkat kerawanan rendah sebesar 54.62%, kemudian tingkat kerawanan sangat rendah sebesar 26.25%, tingkat kerawanan sedang sebesar 12.61%, tingkat kerawanan tinggi sebesar 5.30%, dan tingkat kerawanan sangat tinggi sebesar 1.22%. Jumlah penduduk terdampak tsunami setinggi 10, 15, dan 20 meter adalah sebanyak 8280, 12320, dan 17770 orang. Terdapat 59 jalur evakuasi, dimana jalur yang termasuk kategori sedang sebanyak 27 jalur, kategori dekat 14 jalur, kategori sangat dekat dan jauh masing-masing sebanyak 9 jalur. Upaya mitigasi struktural yang dilakukan adalah dengan membuat green belt dan sea wall yang efektif mereduksi tsunami dengan tinggi di bawah 15 meter.
Downloads
References
[2] Rakuasa H, Lasaiba MA. 2023. Pemetaan kondisi fisik wilayah sebagai upaya dalam mitigasi bencana tsunami di Kecamatan Moa Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Jurnal Geografi dan Pendidikan Geografi. 2(1): 13-20.
[3] [BMKG]. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2019. Katalog Tsunami Indonesia Tahun 416- 2018. Jakarta (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
[4] [UU] Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2014.
[5] Kasman, Triokmen E. 2021. Analisis risiko bencana tsunami di Pesisir Selatan Jawa studi kasus: Kabu- paten Garut. Jurnal Kelautan Tropis. 24(2): 265-274.
[6] As’ari R. 2017. Kajian kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami di Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2017. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berkelanjutan.
[7] Berryman K. 2005. Review of Tsunami Hazard and Risk in New Zealand. Lower Hutt (NZ): Institute of Geological & Nuclear Science.
[8] Gornitz VM, White TW. 1992. A Coastal Hazards Data Base for The U.S. East Coast. Oak Ridge (US): Oak Ridge National Laboratory.
[9] Isdianto A, Kurniasari D, Subagiyo A, Haykal MF, Supriyadi. 2021. Pemetaan kerentanan tsunami un- tuk mendukung ketahanan wilayah pesisir. Jurnal Pemukiman. 16(2): 90-100.
[10] Faiqoh I, Gaol JL, Ling MM. 2013. Vulnerability level map of tsunami disaster in Pangandaran Beach, West Java. 2013. International Journal of Remote Sensing and Earth Science. 10(2): 90-103
[11] Ashar F, Amaratunga D, Haigh R. 2014. The analysis of tsunami vertical shelter in Padang City. 4th International Conference on Building Resilience ; 2014 Sep 8-11; Salfod Quays, United Kingdom. Salford Quays : Procedia Economics and Finance. hlm 916-923
[12] Yunarto, Anwar HZ, Wibowo YS. Perencanaan evakuasi vertikal di Pulau Sarangan, Provinsi Bali sebgai alternatif pengurangan risiko bahaya tsunami. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi . 6(2): 107-118.
[13] Waluyo FA, Wardhani MK. Perencanaan wilayah pesisir berbasis mitigasi bencana tsunami studi ka- sus di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Juvenil. 2(3): 226-235.
[14] Shuto N. 1987. The effevtiveness and limit of tsunami control forests. Coastal Engineering Journal.
30(1): 143-153.
[15] Sangari CP, Jansen T, Tawas H. Perencanaan bangunan pengaman pantai di Pantai Kalinaung Kabu- paten Minahasa Utara. Jurnal Sipil Statik. 7(8): 975-984.
[16] Noviantoro KM, Widjaja HR, Ridwan M. 2022. Penataan ruang wilayah pesisir sebagai upaya mitigasi bencana tsunami di Pantai Watu Pecak, Kabupaten Lumajang. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 10(3): 236-245.
[17] Saleh DFM, Baeda AY, Rahman S. 2022. Skema mitigasi tsunami mendatang di PelabuhanGarongkong, Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset dan Teknologi Terapan Kemaritiman. 1(2): 42-46.
[18] Nateghi R, Bricker JD, Gulkerna SD, Bessho A. 2016. Statistical analysis of the effectiveness of seawalls and coastal forests in mitigating tsunami impacts in Iwate and Miyagi Prefectures. PLoS ONE. 11(8): 1-21.
[19] Nurhasanah A, Nizam, Triatmadja R. 2014. Tsunami force on a building with sea wall protection. 3rd International Conference on Engineering and Technology Development; Okt 2014; Bandar Lampung, Indonesia. Hlm 62-64.
[20] Muhammad RAH, Tanaka N. 2019. Energy reduction of a tsunami current through ahybrid defense system comprising a sea embankment followed by a coastal forest. Geoscience. 9(6): 1-27
Copyright (c) 2024 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Authors who publish with Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, JSIL agree to the following terms:
a. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
b. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
c. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).