HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PRODUKSI SERASAH MANGROVE TELING TOMBARIRI, TAMAN NASIONAL BUNAKEN

  • Martina A. Langi Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Kota Manado, 95115, Inodnesia
  • Wawan Nurmawan Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Kota Manado, 95115, Inodnesia
Kata Kunci: Bruguiera, Correlation, Environmental factor, Mangrove, Rhizophora

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan produktivitas ekosistem berdasarkan laju produksi serasah yang dikaitkan dengan jenis pohon dan parameter iklim di Mangrove Teling Tombariri, Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Pengumpulan serasah dilakukan selama 12 bulan di tiga zona penyusun utama mangrove. Serasah kemudian dianalisis berdasarkan fraksi dan jenis. Produksi serasah kemudian dikorelasikan dengan curah hujan, suhu, dan kelembaban udara menggunakan koefisien korelasi sederhana. Korelasi linier antara produksi serasah bulanan fraksi daun, ranting, buah-bunga (fraksi reproduktif) dari setiap spesies mangrove dan parameter iklim bulanan (suhu, curah hujan, dan kelembaban) dihitung dengan menggunakan Korelasi Pearson p<0,01. Hasil menunjukkan bahwa laju produksi serasah di Mangrove Teling Tombariri Taman Nasional Bunaken didapatkan tertinggi pada jenis Sonneratia alba, diikuti oleh Rhizophora apiculata, dan terakhir Bruguiera gymnorhiza. Fraksi serasah terbesar adalah komponen daun, diikuti oleh ranting, dan komponen reproduktif (bunga dan buah), kecuali pada Sonneratia alba di mana fraksi komponen reproduktif lebih tinggi daripada komponen ranting. Selanjutnya faktor lingkungan yang menunjukkan korelasi paling kuat terhadap produksi serasah adalah curah hujan dan hal ini berlaku untuk ketiga jenis penyusun utama Mangrove Teling Tombariri.

##plugins.generic.paperbuzz.metrics##

##plugins.generic.paperbuzz.loading##

Unduh

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Aida, G.R., Wardianto, Y., Fahrudin, A., Kamal, M.M. 2014. Produksi serasah mangrove di Pesisir Tangerang, Banten. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 19(2), 91-97. https://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/view/8803.

Farooqi, Z., Pirzada, J.S., Munawwer, R. 2014. Changes inorganic, inorganic contents, carbon nitrogen ratio in decomposing Avicennia marina and Rhizophora mucronata leaves on tidal mudflats in Hajambro Creek, Indus Delta, Pakistan. Journal of Tropical Life Science, 4(1), 37-45. https://doi.org/10.11594/jtls.04.01.07.

Inayah, A., Kaswanto, R.L. 2023. Nilai biodiversitas lanskap mangrove DKI Jakarta, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Muara Kamal, Jakarta Utara. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan, 7(2), 118-134. https://doi.org/10.36813/jplb.7.2.

Kalitouw D.W., Darusman D., Kusmana, C. 2015. Potensi ekonomi ekosistem hutan mangrove di Desa Kulu, Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 2(1), 17-24. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jkebijakan/article/view/10363.

Kaunang, T.D., Kimbal, J.D. 2009. Komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Agritek, 17(6), 139-148.

Kolinug, K.H., Langi, M.A., Ratag, S.P., Nurmawan, W. 2014. Zonasi tumbuhan utama penyusun mangrove berdasarkan tingkat salinitas air laut di Desa Teling Kecamatan Tombariri. Cocos, 5(4), 1-7. https://doi.org/10.35791/cocos.v5i4.6561.

Kusmana, C., Pradyatmika, P., Husin, Y.A., Shea, G., Martindale, D. 2000. Mangrove litter-fall studies at the Ajkwa Estuary, Irian Jaya, Indonesia. Indonesian Journal of Tropical Agriculture, 9(3), 39-47. https://doi.org/10.18343/ijta.vol9.iss03.pp39-47.

Mosyaftiani, A., Kaswanto, R.L., Arifin, H.S. 2018. Potensi tumbuhan liar di sempadan terbangun Sungai Ciliwung di Kota Bogor sebagai upaya restorasi ekosistem sungai. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 5(1), 1-13. https://doi.org/10.29244/jkebijakan.v5i1.29781.

Noor, Y.R., Khazali, M., Suryadiputra, I,N,N. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: Wetlands International Indonesia.

Pribadi, R. 1998. The ecology of mangrove vegetation in Bintuni Bay, Irian Jaya, Indonesia. Disertasi, tidak dipublikasikan. Departement of Biological and Molecular Sciences University of Stirling. Scotland.

Pradisty, N.A., Amir, A.A., Zimmer, M. 2021. Plant species-and stage-specific differences in microbial decay of mangrove leaf litter: The older the better?. Oecologia, 195, 843–858. https://doi.org/10.1007/s00442-021-04865-3.

Pradisty, N.A., Frida, S., Yuntha, B., Ipanna, E.S., Mohammad B. 2022. Litterfall and associated macrozoobenthic of restored mangrove forests in abandoned aquaculture ponds. Sustainability, 14(13), 8082. https://doi.org/10.3390/su14138082.

Sukardjo, S. 2004. Fisheries associated with mangrove ecosystem in indonesia: a view from mangrove ecologist. Biotropia, 23, 13-39. https://doi.org/10.11598/btb.2004.0.23.201.

Kushartono, E.W. 2009. Beberapa aspek bio-fisik kimia tanah di daerah hutan mangrove Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan, 14(2), 76-83. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.14.2.76-83.

Zamroni, Y., Rohyani, I.S. 2008. Produksi serasah hutan mangrove di Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Biodiversitas, 9(4), 284-287. https://doi.org/10.13057/biodiv/d090409.

Diterbitkan
2023-12-01
Bagian
Articles
Tidak ada artikel terkait yang ditemukan