Pemodelan Tinggi Muka Air Gambut Berdasarkan Sifat Fisik Lahan Gambut
Modeling of Peat Water Table Depth Related to Physical Characteristics of Peatlands
Abstrak
Lahan gambut di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 7% dari luas daratan Indonesia. Beberapa tantangan terutama berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan dialami oleh gambut di Indonesia. Pemanfaatan lahan gambut berdasarkan peraturan dapat dilakukan pada ekosistem gambut berfungsi budidaya yang biasanya disertai dengan pembangunan kanal untuk menurunkan tinggi muka air (TMA). Oleh karena itu pengamatan TMA harus dilakukan untuk meminimalkan dampak pemanfaatan lahan gambut. Untuk menghemat waktu dan biaya maka perlu adanya suatu model yang dapat menduga kedalaman muka air gambut berdasarkan sifat-sifat fisik gambut. Tujuan penelitian ini yaitu mencari model estimasi TMA dengan menggunakan sifat fisik lahan gambut sebagai upaya pencegahan terjadinya kebakaran gambut. Model aproksimasi terbaik dipilih dengan menggunakan Kriteria Informasi Akaike dengan koreksi sampel kecil (AICc). Studi ini memperoleh satu confidence set of model yang terdiri dari empat model dengan bobot isi (0-50 cm), kadar serat (50-100 cm) and kedalaman gambut sebagai predictor model. Hasil model juga menunjukkan kesesuaian dengan data pengukuran TMA di lapangan yang ditunjukkan oleh RMSE sebesar 16.2 cm dan R2=81%. Dari penelitian ini, tinggi muka air tanah gambut kritis untuk deteksi dini kebakaran hutan adalah pada kedalaman 74 cm. Oleh karena itu, kondisi TMA gambut harus dijaga lebih dangkal dari kedalaman kritis, jika tidak kebakaran gambut akan lebih mudah terjadi.
Unduh
Referensi
[BBC] British Broadcasting Corporation Indonesia. 2016. Awal Juli, Pembakaran Hutan dan Lahan di Riau Melonjak Drastis. http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/07/160702_indonesia_riau_kebakaran_juli. [diakses 4 Februari 2016].
[BBSDLP] Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2013. Peta lahan gambut terdegradasi, skala 1:250,000. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Beal, D.J. 2007. Information criteria methods in SAS for multiple linear regression models. The 15th Annual South East SAS Users Group (SESUG) Conference in Hilton Head, SC on November 4–6, 2007. South Carolina.
Burnham, K.P. and D.R. Anderson. 2002. Model selection and multimodel inference: a practical information-theoretic approach. 2nd ed. Springer, Colorado.
Edi, H. 2017. Identifikasi potensi bahaya subsidence di kesatuan hidrologi gambut Sungai Jangkang – Sungai Liong Pulau Bengkalis. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Febrianti, N., K. Murtilaksono dan B. Barus. 2018. Model estimasi tinggi muka air tanah lahan gambut menggunakan indeks kekeringan. Jurnal Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital, 15(1):25-36.
Masganti. 2013. Teknologi inovatif pengelolaan lahan suboptimal gambut dan sulfat masam untuk peningkatan produksi tanaman pangan. Orasi pengukuhan profesor riset bidang kesuburan tanah dan biologi tanah. 13 November 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Noor. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi, dan Kendala. Kanisius, Yogyakarta. 174 hal.
[PerMen KLHK] Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.15 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengukuran Muka Air Tanah Di Titik Penataan Ekosistem Gambut. Sektretariat Negara, Jakarta.
[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Sektretariat Negara, Jakarta.
Widjaja-Adhi, I.P.G. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. J. Litbang Pertanian, 5(1):1-9.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University