Abstract
Peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias Sumatera Utara pada bulan Desember 2004 telah mengakibatkan rusaknya sebagian besar hutan mangrove dan hutan pantai di kedua wilayah tersebut. Berhubung kedua tipe hutan tersebut sangat penting untuk menopang kelangsungan hidup penduduk pantai, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan arahan rehabilitasi hutan mangrove dan pantai yang rusak akibat tsunami di NAD dan Pulau Nias. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah pantai yang tanahnya berupa tanah mineral yang bukan lumpur dengan salinitas yang tinggi (di atas 10 0/00) seyogyanya ditanami oleh jenis mangrove eklusif (Rhizophora stylosa, R. apiculata, Sonneratia alba, Ceriops tagal dan Aegeciros floridum) dan mangrove asosiat (Osbornea octodonta dan Scyphiphora sp.), tanah bukan lumpur dengan salinitas rendah oleh berbagai jenis pohon hutan pantai (Casuarina equisetifolia, dan lain-lain), tanah lumpur bersalinitas tinggi oleh Avicenia spp. dan R. Mucronata; dan tanah gambut seyogyanya ditanami oleh Bruguiera gymnorrizha. Adapun lebar jalur hijau vegetasi yang disarankan adalah minimal 225 m untuk wilayah NAD dan 211 m untuk wilayah pulau Nias. Untuk merealisasikan kegiatan rehabilitasi vegetasi pantai yang bersifat multitahun di NAD dan Nias maka kegiatan rehabilitasi tersebut harus ditempatkan dalam rangka pembangunan daerah.