EKSISTENSI BUDAYA MASYARAKAT LOKAL DI KAWASAN EKOWISATA BOPUNJUR, JAWA BARAT The Existence of Local Community’s Culture in Bopunjur Ecotourism Area, West Java
Abstract
In addition to providing multiplier economy benefits, the tourism sector also has the potential to cause several latent and massive social negative impacts Based on this, it is important to map local community perceptions. This research on the existence of local community culture in the Bopunjur ecotourism area aims to analyze the existence of local community culture in Bopunjur, West Java with research respondents from five stakeholder groups, namely traditional leaders, religious leaders, educational leaders, community leaders, and tourism actors in seven ecotourism destinations. The exploratory–phenomenology approach was used to collect data on socio-cultural dynamics by purposive sampling using a questionnaire designed with a closed pattern (close-ended) to be distributed to informants and respondents, which was then processed using a score-one indicator scoring system. The polarization of stakeholder perceptions of cultural values is identified from two categories, namely: direction polarization and scale polarization. The results show the Bopunjur’s culture still exists quite well because there is a polarization of stakeholder orientation on various aspects and assessment criteria regarding various cultural elements with a positive direction and a polarization scale that is categorized as aligned, except for the cultural elements of the art system and the language system which tend to be positive and not aligned so that development Ecotourism in the Bopunjur area has not been fully achieved, but there is a great opportunity to build productive collaboration between stakeholders in the context of developing ecotourism in the area.
ABSTRAK
Selain memberikan berbagai manfaat ekonomi, sektor Pariwisata juga berpotensi menyebabkan beberapa dampak sosial negatif yang bersifat laten dan masif, yang salah satunya adalah terjadinya polarisasi persepsi sosial masyarakat lokal, suatu pemisahan persepsi masyarakat yang muncul karena adanya ketidaksetaraan dan ketimpangan yang mengarah kepada timbulnya diferensiasi kelompok, yang apabila tidak diakomodasi dengan baik maka akan menjadi gangguan atau hambatan pembangunan pariwisata. Atas dasar hal itu maka upaya pemetaan persepsi masyarakat lokal menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian tentang eksistensi budaya masyarakat lokal di kawasan ekowisata Bopunjur ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan budaya masyarakat lokal di tengah-tengah dinamika sosial budaya dalam pembangunan ekowisata Bopunjur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan responden penelitian 5 (lima) kelompok stakeholder yaitu tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, dan pelaku pariwisata di 7 (tujuh) destinasi ekowisata. Pendekatan exploratory-phenomenology digunakan untuk melakukan pengambilan data dinamika sosial budaya secara purposive sampling dengan menggunakan kuesioner yang didesain dengan pola tertutup (close ended) untuk didistribusikan kepada para informan dan responden yang selanjutnya diolah dengan menggunakan panduan one score one indicator scoring system. Polarisasi persepsi stakeholder terhadap tata nilai budaya diidentifikasi dari dua kategori yaitu: polarisasi arah dan polarisasi skala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Bopunjur masih ada dalam kondisi cukup baik karena polarisasi orientasi pemangku kepentingan pada berbagai aspek dan kriteria penilaian tentang berbagai unsur budaya dengan arah yang positif dan skala polarisasi yang terkategori selaras, kecuali pada unsur budaya sistem kesenian dan sistem bahasa yang cenderung ke arah positif dan tidak selaras sehingga pembangunan ekowisata di kawasan Bopunjur belum sepenuhnya tercapai akan tetapi terdapat peluang yang besar untuk membangun kolaborasi produktif antar pemangku kepentingan dalam rangka pembangunan ekowisata di kawasan tersebut.