Assessing Urban Level Changes Using GIS and Statistical Analysis in the Kedungsepur Metropolitan, Indonesia

Ariyani Indrayati, Rijanta, Luthfi Muta'ali, Rini Rachmawati

Abstract

From 2010 to 2020, the Kedungsepur Metropolitan Corridor experienced spatial transformations, converting agricultural areas into built-up areas. This study seeks to identify new insights by examining the correlation between socioeconomic facilities and built-up areas, typically analyzed separately. Satellite imagery interpretation was used to determine the proportion of built-up areas, apply the K-Means Cluster method for the urban level, and conduct statistical analysis using the chisquare test. The findings reveal that the Semarang—Ungaran—Salatiga Corridor has the greatest built-up areas. The average change in built-up area within the Kedungsepur Metropolitan Corridor from 2010 to 2020 was 3.25%. Additionally, the Central Semarang Subdistrict had the highest level of socioeconomic facilities. However, the Chi-Square test results indicated differences between the observed and expected frequencies of built-up area percentages in each subdistrict for both 2010 and 2020. Surprisingly, no correlation was found between urban-level changes related to built-up areas and socioeconomic facilities. These results suggest that urban changes in the primary city are relatively stagnant, while more intensive development occurs in secondary cities within
Kedungsepur. The dominant driving factor for urban transformation is the change in built-up areas,
which indicates the intensified growth of secondary cities.

References

Appleyard D, Lintell M. 1972. The Environmental Quality of City Streets: The Residents’ viewpoint. American Institute of Planners
Apriani, VI, Asnawi A. 2015. Tipologi Tingkat Urban Sprawl di Kota Semarang Bagian Selatan. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 4(3), 405-416.
Astuti PW. 2010. Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta Terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru. Surakarta: UNS.
Badan Standardisasi Nasional. SNI 03-1733-2004 tentang Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial. Jakarta: BSN.
Badan Standardisasi Nasional. SNI 7645-1:2014 Tentang Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta: BSN.
Berdegué JA, Carriazo F, Jara B, Modrego F, Soloaga I. 2015. Cities, Territories, and Inclusive Growth: Unraveling Urban–Rural Linkages in Chile, Colombia, and Mexico. World Development. 73:56–71.
Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia.
Bintoro RW. 2010. Aspek Hukum Zonasi Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Banyumas: Unsoed.
Briggs. 2007. Spatial Statistics. UT-Dallas GISC 6382 Spring.
Dadashpoor H, Malekzadeh N. 2020. Driving factors of formation, development, and change of spatial structure in metropolitan areas: A systematic review. Journal of Urban Management. 9(3):286–297.
Das T, Begum M. 2019. A Spatial Analysis on the Distribution of Socio-economic Facilities in Chittagong.
Dewa DD, Buchori I. 2021. Assessment of rapid urban development impact for a small-sized transit city using remote sensing: A case study of Salatiga, Indonesia. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 887, No. 1, p. 012009). IOP Publishing.
Dewi ML. 2013. Transformasi Fisik Spasial Kampung Kota di Kelurahan Kembangsari Semarang. Semarang: UNDIP.
Diofanny N, Setyono JS. 2017. Perubahan Luas Lahan Sawah menjadi Non Sawah di Wilayah Joglosemar. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 5(3), 203-213.
Fajri N. 2008. Identifikasi Karakteristik Layanan Jasa Perbankan di Kota Bandung. Bandung: ITB.
Fan F, Wang Y. 2007. Temporal and spatial change detecting (1998–2003) and predicting of land use and land cover in Core corridor of Pearl River Delta (China) by using TM and ETM+ images. (link.springer.com).
Giyarsih SR. 2001. Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Desifikasi Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area). Yogyakarta: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
Giyarsih SR, Muta’ali L, Pramono RWD. 2003. Peran Koridor Perkotaan dalam Pembangunan Wilayah Pedesaan di Koridor Segitiga Pertumbuhan Joglosemar. Yogyakarta: UGM.
Giyarsih SR. 2009. Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta- Surakarta. Yogyakarta: UGM.
Giyarsih SR. 2010. Spatial Pattern of Regional Changes In Yogyakarta Surakarta Corridor. Yogyakarta: UGM.
Hanafiah T. 1982. Pendekatan Wilayah Terhadap Masalah Pembangunan Pedesaan. Bogor: IPB.
Hardati P. 2011. Transformasi Wilayah Peri-Urban. Kasus di Kabupaten Semarang. Semarang: UNNES.
Hardati P. 2016. Hierarki Pusat Pelayanan Di Kecamatan Ungaran Barat Dan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 13(2): 204–215.
Hayati R. 2008. Konstelasi dan Orde Kota dalam Perencanaan Wilayah. Semarang: UNNES.
Hermawati R. 2006. Pola Spasial Perkembangan dan Kaitannya dengan Jumlah Penduduk (Studi Kasus Sub DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Bogor: IPB.
Hestuadiputri D. 2007. Peran dan Fungsi Ibukota Kecamatan Lasem Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Rembang. Semarang: UNDIP.
Hu Q, Wenbin W, Xia T, Yu X. 2013. Exploring the Use of Google Earth Imagery and Object-Based Methods in Land Use/Cover Mapping. MDPI: Journal Remote Sensing.
Ismiyati S, Sugiono. 2012. Wajah Transportasi Perkotaan pada Kota-Kota Menuju Kota Metropolitan (Studi Kasus: Semarang Metropolitan). Semarang: UNDIP.
Jayanti NE. 2012. Transformasi Spasial Koridor Surakarta-Kartosuro Sebagai Bagian dari Wilayah Peri-Urban Kota Surakarta. Surakarta: UNS.
Junaidi. 2015. Prosedur Uji Chi Square. Jambi: Universitas Jambi.
Kazaz C. 2001. Contaminated Lands - Presentation of Bill 72 Establishing New Rules for the Protection and Rehabilitation of Contaminated Lands. Fasken Institute.
Kim TK. 2015. T test as a parametric statistic. Korean Journal of Anesthesiology.
Krismasta V. 2015. Kajian Transformasi Wilayah Peri-Urban di Kota Manado (Studi Kasus: Kecamatan Mapanget). Spasial, 2(1), 1-9..
Kukliński A. 1972. Growth poles and growth centres in regional planning. Mouton and Co.
Kurnianingsih NA. 2014. Analisis Transformasi Wilayah Peri-Urban pada Aspek Fisik dan Sosial Ekonomi (Kecamatan Kartasura). Surakarta: UNS.
Kurniawan MF. 2016. Analisis Dampak Transfromasi Spasial Urban Fringe Timur Kota Surakarta Kaitannya dengan Perkembangan Kawasan Perumahan Tahun 2003-2013. Surakarta: UNS.
Kustiwan I, Anugrahani M. 2001. Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan Ke Perkantoran: Implikasinya Terhadap Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kota. Yogyakarta: Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota.
Kustiwan I. 1997. Agricultural Land Conversion in the Northen Java. Prisma.
Kusumowidagdo M, dkk. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Semarang: UNNES.
Mahendra YI, Pradoto W. 2016. Transformasi Spasial di Kawasan Peri Urban Kota Malang. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 12(1), 122-126..
McGee TG. 1997. The Emergence of Desa-Kota Region in Asia. Honolulu: The University of Hawaii Fress.
McHugh ML. 2015. The Chi-square test of independence. California: National University.
Meth P, Goodfellow T, Todes A, Charlton S. 2021. Conceptualizing African Urban Peripheries. International Journal of Urban and Regional Research, 45(6): 985–1007.
Moughtin C. 1992. Urban Design: Street and Square. Architectural Press Hardcover.
Mulyadi A. 2007. Pengantar Geografi Regional. Semarang: UNNES.
Mosammam HM, Nia JT, Khani H, Teymouri A, Kazemi M. 2017. Monitoring land use change and measuring urban sprawl based on its spatial forms. The Egyptian Journal of Remote Sensing and Space Science. 20(1):103–116.
Nugroho DP. 2014. Kajian Transformasi Spasial di Peri-Urban Koridor Kartasura-Boyolali. Surakarta: UNS.
Oktavia P. 2010. Proses Urbanisasi di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Surakarta: UNS.
Pebrian H. 2013. Pola Pergerakan Pekerja Komuter Sayung – Semarang. Semarang: UNDIP.
Pemerintah Indonesia. 1987. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota.
Pemerintah Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Jakarta: Sekretariat Negara
Pemerintah Indonesia. 1998. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Jakarta: Sekretariat Negara
Pemerintah Indonesia. 2006. Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.
Pemerintah Indonesia. 2007. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.
Pemerintah Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara
Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/Per/Iii/2010 Klasifikasi Rumah Sakit.
Pemerintah Indonesia. 2013. Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/13/Pbi/2013 tentang Bank Umum Syariah.
Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2017 trentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang, Dan Purwodadi. Jakarta: Sekretariat Negara
Pujianto WE, Rodiyah I. 2018. Zoning of Modern Markets and its Effect on Traditional Markets: Evidence from Sidoarjo, Indonesia. Journal of Economic & Management Perspectives, 12(2), 343-346.
Rahayu TA. 2013. Keterkaitan Kota Demak terhadap Kota Semarang dalam Lingkup Wilayah Metropolitan. Jakarta: Konsultindo.
Rangkuti HA, Suharini E, Hayati R. 2017. Analisis Pertumbuhan Urban Sprawl di Kecamatan Banyumanik Tahun 2005-2015. Geo Image, 6(2): 82–88.
Rondinelli DA, Kenneth R. 1978. Urbanization and Rural Development A Spatial Policy for Equitable Growth. New York: Praeger Publisher
Rustiadi E, dkk. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Santoso S. 2014. Statistik Multivariat Edisi Revisi. Jakarta: Kompas Gramedia.
Sari MK, Winarso H. 2007. Transformasi sosial ekonomi masyarakat peri-urban di sekitar pengembangan lahan skala besar: kasus Bumi Serpong Damai. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.
Somantri L. 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko Banjir. Bandung: UPI.
Subiyanto S, Fadilla L. 2018. Monitoring land use change and urban sprawl based on spatial structure to prioritize specific regulations in Semarang, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 179:012029.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeth.
Sumayku AR. 2016. Ragmentasi Serial Vision dalam Pembentukan Citra Kawasan Studi Kasus Koridor Jalan Pierre Tendean. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Surtiani EE. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota. Semarang: UNDIP.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM.
Tarigan R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Torquati B, Giacchè G, Tempesta T. 2020. Landscapes and Services in Peri-urban Areas and Choice of Housing Location: An Application of Discrete Choice Experiments. Land, 9(10): 1–12.
Umam K. 2012. Pola Distribusi Spasial dan Daya Layan Fasilitas Perbankan di Kabupaten Kudus. Semarang: UNNES.
Utari, MG. Endang Sri, 2015. Analisis Sistem Pusat Pelayanan Permukiman di Kota Yogyakarta Tahun 2014. Semarang: UNDIP.
Valjarević A, Valjarević D, Stanojević-Ristić Z, Djekić T, Živić N. 2018. A geographical information systems-based approach to health facilities and urban traffic system in Belgrade, Serbia. Geospatial health, 13 2.
Wang X, Wang D, Lu J, Gao W, Jin X. 2023. Identifying and tracking the urban–rural fringe evolution in the urban–rural transformation period: Evidence from a rapidly urbanized rust belt city in China. Ecological Indicators.
Wahyunto MZ, Abidin AP, Sunaryanto. 2001. Studi perubahan penggunaan lahan DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Garang, Jawa Timur. Bogor: Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah.
Wardhana IW, Haryanto R. 2016. Kajian Pemanfaatan Ruang Kegiatan Komersial Koridor Jalan Taman Siswa Kota Semarang. Semarang: UNDIP.
Wastiko AFR. 2016. Keterkaitan Alih Fungsi Lahan dengan Perubahan Aktivitas di Tembalang. Semarang: UNDIP.
Weber C, dkk. 2005. Urban development in the Athens metropolitan area using remote sensing data with supervised analysis and GIS. Taylor & Francis.
Widhiarso W. 2011. Uji Hipotesis Komparatif. Yogyakarta: UGM.
Winoto J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Implmentasinya. Jakarta: Seminar Sehari Penanganan Konservasi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi.
Yang D, Zhang P, Jiang L, Zhang Y, Liu Z, Rong T. 2022. Spatial change and scale dependence of built-up land expansion and landscape pattern evolution—Case study of affected area of the lower Yellow River. Ecological Indicators, 141, 109123
Yin C, Meng F, Yang X, Yang F, Fu P, Yao G, Chen R. 2022. Spatio-temporal evolution of urban built-up areas and analysis of driving factors—A comparison of typical cities in north and south China. Land Use Policy, 117, 106114.
Yuliastuti N. 2012. Pengaruh Perkembangan Lahan Terbangun Terhadap Kualitas Lingkungan Permukiman (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Kelurahan Tembalang). Semarang: UNDIP.
Yunus HS. 1987. Permasalahan Daerah Urban Fringe dan Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta: UGM.
Yunus HS. 2001. Perubahan Pemanfaatan Lahan di Pinggiran Kota, Kasus di Pinggiran Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Yunus HS. 2004. Struktur Tata Ruang Kota, Edisi ke empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yunus HS. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban Determinan Masa Depan Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zhang Z, Su S, Xiao R, Jiang D, Wu J. 2013. Identifying determinants of urban growth from a multi-scale perspective: A case study of the urban agglomeration around Hangzhou Bay, China. Applied Geography, 45, 193-202.

Authors

Ariyani Indrayati
ariyani.ideas@gmail.com (Primary Contact)
Rijanta
Luthfi Muta'ali
Rini Rachmawati
IndrayatiA., Rijanta, Muta’aliL. and RachmawatiR. (2024) “Assessing Urban Level Changes Using GIS and Statistical Analysis in the Kedungsepur Metropolitan, Indonesia”, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management). Bogor, ID, 14(3), p. 494. doi: 10.29244/jpsl.14.3.494.

Article Details