Modeling The Habitat Suitability of Dare Monkey (Macaca maura Hr Schinz 1825) in Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi

Gede Tragya Suartika Pramana, Lilik Budi Prasetyo, Entang Iskandar

Abstrak

Pulau Sulawesi merupakan pusat wilayah Wallacea yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan dihuni oleh beberapa spesies tumbuhan dan hewan endemik baik flora maupun fauna, salah satunya satwa primata monyet dare (Macaca maura HR Schinz 1825). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian habitat dan pengaruh variabel lingkungan terhadap habitat monyet dare di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Penelitian ini dilakukan dengan membangun model pendekatan distribusi spesies menggunakan Maxent ver. 3.4.4. yang dapat membantu melakukan analisis model kesesuaian habitat dalam skala luas dengan cara mengolah data kehadiran spesies dan variabel lingkungan yang diduga memengaruhi kehadiran spesies.


Hasil pengolahan data dalam membangun model kesesuaian habitat untuk monyet dare, didapatkan data kehadiran spesies sebanyak 191 titik. Sedangkan variabel lingkungan yang digunakan berupa tutupan lahan, ketinggian, kelerengan, suhu, jarak dari sungai, jarak dari jalan, dan jarak dari areal pertanian.


Hasil analisis jackknife pada variabel yang berpengaruh terhadap hasil model menunjukkan bahwa variabel yang berkontribusi tinggi adalah variabel tutupan lahan (Bio_5) kemudian diikuti, jarak dari jalan (Bio_1), jarak dari areal pertanian (Bio_4) dan jarak dari sungai (Bio_2). Besaran persentase kontribusi variabel lingkungan terhadap keberadaan monyet dare yakni tutupan lahan (35,1%), jarak dari jalan (32,2%), jarak dari areal pertanian (13,1%), jarak dari sungai (12,1%), kelerengan (3,6%), ketinggian (2,6%) dan suhu (1,3%).


Nilai AUC model kesesuaian habitat monyet dare sebesar 0,893 dengan standar deviasi ±0,015, merupakan model prediksi yang layak (reasonable predictions) dengan luas areal habitat yang sesuai 138,43 km2 (20%) dan yang tidak sesuai 538,44 km2 (80%). Luas areal habitat yang sesuai terbagi atas 3 yakni kelas kesesuaian rendah 90,11 km2 (65%), kelas kesesuaian sedang 25,58 km2 (18%) dan kelas kesesuaian tinggi 22,74 km2 (16%). Rendahnya luas areal habitat yang sesuai dibanding habitat yang tidak sesuai, serta besarnya luas areal kesesuaian rendah dibanding sedang dan tinggi, dapat menggambarkan bahwa ancaman dari keberadaan monyet dare masih tergolong tinggi.

Referensi

Albani A, Cutini M, Germani L, Riley EP, Ngakan PO, Carosi M. 2020. Activity budget, home range, and habitat use of moor macaques (Macaca maura) in the karst forest of South Sulawesi, Indonesia. Primates. 61: 673–684. doi:10.1007/s10329-020-00811-8
Astriani WI, Arief H, Prasetyo LB. 2015. Populasi dan habitat lutung jawa (Trcyphitecus auratus e. Geoffrey 1812) di resort balanan, taman nasonal baluran. Media Konservasi. 20(3): 226-234. doi: 10.29244/medkon.20.3.%25p
Beltrán Francés V, Spaan D, Amici F, Maulany RI, Putu Oka N, Majolo B. 2022. Effect of anthropogenic activities on the population of moor macaques (Macaca maura) in South Sulawesi, Indonesia. International Journal of Primatology. 43(2):339-359. doi: 10.1007/s10764-022-00279-x
Elith J, Phillips SJ. Hastie T, Dudik M, Chee YE, Yates CJ. 2011. A statistical explanation of Maxent for ecologists. Diversity and Distributions. 17: 43–57. doi:10.1111/j.1472-4642.2010.00725.x
Fielding AH, Bell JF. 1997. A review of methods for the assessment of prediction errors in conservation presence/absence models. Environmental Conservation. 24(1):38–49. doi:10.1017/s0376892997000088
Fotang C, Bröring U, Roos C, Enoguanbhor EC, Abwe EE, Dutton P, Birkhofer K. 2021. Human Activity and Forest Degradation Threaten Populations of the Nigeria–Cameroon Chimpanzee (Pan troglodytes ellioti) in Western Cameroon. International Journal of Primatology 42(1):105-129. doi:10.1007/s10764-020-00191-2.
Labahi PA. 2010. Kepadatan populasi dan perilaku penyerangan monyet dare (Macaca maura) pada tanaman pertanian di hutan pendidikan dan pelatihan Tabo-Tabo Kabupaten Pangkep Propinsi Sulawesi Selatan [desertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Lee TM, Sodhi NS, Prawiradilaga DM. 2007. The importance of protected areas for the forest and endemic avifauna of sulawesi (indonesia). Ecological Applications. 17(6): 1727–1741. doi:10.1890/06-1256.1
Lobo JM, Jiménez-Valverde A, Real R. 2008. AUC: a misleading measure of the performance of predictive distribution models. Global Ecology and Biogeography. 17(2): 145–151. doi: 10.1111/j.1466-8238.2007.00358.
Matsumura S. 1991. A preliminary report on the ecology and social behavior of moor macaques (Macaca maurus) in Sulawesi, Indonesia. Kyoto Univ. Overseas Res. Rep. Stud. Asian Non-human Primates. 8: 27-41.
McCarthy JL, Wibisono HT, McCarthy KP, Fuller TK, Andayani N. 2015. Assessing the distribution and habitat use of four felid species in Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra, Indonesia. Global Ecology and Conservation. 3: 210–221. doi:10.1016/j.gecco.2014.11.009
Morrow KS, Glanz H, Ngakan PO, Riley EP. 2019. Interactions with humans are jointly influenced by life history stage and social network factors and reduce group cohesion in moor macaques (Macaca maura). Scientific Reports. 9(1): 1-12. doi: 10.1038/s41598-019-56288-z
Negga HE. 2007. Predictive modelling of amphibian distribution using ecological survey data: a case study of central Portugal [tesis]. Enschede: University of Twente.
Peraturan Menteri. 2018. No. 20 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, No. 13. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Peterson AT, Soberon J, Pearson RG, Anderson RP, Martinez-Meyer E, Nakamura M, Araujo MB. 2011. Ecological Niches and Geographic Distributions. New Jersey: Princeton University Press.
Phillips SJ, Dudík M, Schapire RE. 2004. A maximum entropy approach to species distribution modeling. Twenty-First International Conference on Machine Learning - ICML ’04. doi:10.1145/1015330.1015412
Phillips SJ, Anderson RP, Schapire RE. 2006. Maximum entropy modeling of species geographic distributions. Ecological Modelling. 190(3):231-259. doi:10.1016/j.ecolmodel.2005.03.026
Phillips SJ, Dudik M. 2008. Modeling of species distributions with Maxent: new extensions and a comprehensive evaluation. Ecography. 31(2):161–175. doi:10.1111/j.0906-7590.2008.5203.x
Rahman DA, Gonzalez G, Haryono M, Muhtarom A, Firdaus AY, Aulagnier S. 2017. Factors affecting seasonal habitat use, and predicted range of two tropical deer in Indonesian rainforest. Acta Oecologica. 82:41-51. doi:10.1016/j.actao.2017.05.008
Sagnotti C. 2013. Diet preferences and habitat use in relation to reproductive states in females of a wild group of Macaca maura inhabiting Karaenta Forest, South Sulawesi [desertasi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Singh M, Tokola T, Hou Z, Notarnicola C. 2017. Remote sensing-based landscape indicators for the evaluation of threatened-bird habitats in a tropical forest. Ecology and Evolution. 7(13):4552–4567. doi:10.1002/ece3.2970
Supriatna J, Froehlich JW, Erwin JM, Southwick C. 1992. Population habitat and conservation status of macaca maurus, macaca tonkeana and their putative hybrids. Tropical Biodiversity. 1(1):31-48.
Supriatna J, Shekelle M, Fuad HA, Winarni NL, Dwiyahreni AA, Farid M, Zakaria Z. 2020. Deforestation on the indonesian island of sulawesi and the loss of primate habitat. Global Ecology and Conservation. 24:e01205. doi:10.1016/j.gecco.2020.e01205

Penulis

Gede Tragya Suartika Pramana
gedetragya20@gmail.com (Kontak utama)
Lilik Budi Prasetyo
Entang Iskandar

Rincian Artikel