Main Article Content

Abstract

Abstract
Corn shelling in Indonesia generally carried out after the corn is peeled and dried to a moisture content of about 20%. This method requires a lot of manpower and time for peelling and drying process before shelled. In recent years, it has been developed unpeeled corn sheller, but there is limited information related to its performance. This study aimed to evaluate the technical and economical performance of unpeeled corn sheller. Testing was conducted using Sigenta variety of hybrid corn. The results showed that the machine capacity is affected by rotation speed of shelling cylinder and corn moisture content. The cleanliness of seed was above 99%, while the rate of seed damage was ranged from 1 to 3%. The maximum moisture content of corn when will be shelled should not higher than 30% in order to reduce the number of damaged seeds. The operation cost of the machine is about Rp. 45/kg, while the B/C ratio and BEP values were 1.56 and 1.89 years, respectively. The use of these machines can provide economic benefits if the minimum coverage area of crop land about 30 ha per season.

Abstrak
Pemipilan jagung di Indonesia umumnya dilakukan setelah jagung dikupas kulitnya dan dikeringkan sampai kadar air bijinya mencapai sekitar 20%. Cara ini membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu untuk pengupasan kulit dan pengeringan jagung. Dalam beberapa tahun terakhir, sedang berkembang mesin pemipil jagung berkelobot, namun belum banyak informasi terkait dengan kinerja teknis dan ekonomis penggunaan mesin tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja teknis dan ekonomis mesin pemipil jagung berkelobot yang dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan jagung hibrida varietas Sigenta. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kapasitas kerja mesin dipengaruhi oleh putaran silinder pemipil dan kadar air jagung. Tingkat kebersihan biji jagung di atas 99%, sedangkan tingkat kerusakan biji berkisar antara 1- 3%. Kadar air maksimal biji jagung saat dipipil tidak boleh lebih tinggi dari 30% guna mengurangi jumlah biji rusak. Besarnya biaya operasional mesin sekitar Rp 45/kg jagung pipil, sedangkan nilai B/C rasio dan BEP berturut-turut adalah 1.56 dan 1.89 tahun. Penggunaan mesin tersebut dapat memberikan keuntungan secara ekonomi jika luas cakupan lahan tanaman jagung minimal seluas 30 ha per musim, dengan jumlah musim tanam per tahun minimal dua kali.

Keywords

performance test economic analysis corn sheller corn kernel quality unpeeled corn.

Article Details

References

  1. Akubuo, C.O. 2002. Performnce evaluation of local maize sheller. Biosystem Engineering Journal. Vol.83(1): 77-83. Elsevier Science, Ltd.
  2. Anonim. 2004. Alat Pemipil Jagung untuk Benih Model PJ-M1. Lembar Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Nusa Tenggara Barat.
  3. Anonim. 2004. Alat Pemipil Jagung Mudah dan Murah. Lembar Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Nusa Tenggara Barat. BSN. 2008. Unjuk Kerja dan Cara Uji Mesin Pemipil Jagung. SNI No 7428.
  4. Firmansyah, I.U., 2009. Teknologi pengeringan dan pemipilan untuk perbaikan mutu benih jagung (Studi kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2009. p 330-338.
  5. Firmansyah, I.U., Y. Sinuseng, dan A.H. Talanca. 2006. Penanganan pengeringan dan pemipilan jagung. Prosiding Seminar Nasional. Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Dalam
  6. A. Muis, Sarasutha, IGP., E. Jamal, M.D. Mario, Maskar, S. Bakrie, D. Bulo, C. Khairani, dan A. Subaedi. Palu, 5-6 Desember 2006. p 100-106.
  7. Tjahjohutomo, R., Sri Wahyono, A. Asari, U. Budiharti, Harsono, dan F.X. Lilik Tri Mulyantara. 2009. Mesin Pemipil Jagung Berkelobot. Paten, No.
  8. P00200900536. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong.
  9. Sarasutha, I.G.P. 2002. Kinerja usaha tani dan pemasaran jagung di sentra produksi. Jurnal Litbang Pertanian. 21 (2).
  10. Suparlan, U. Budiharti, Harsono, dan F.X. Lilik Tri Mulyantara. 2012. Pengembangan dan uji kinerja mesin pemipil jagung berkelobot. Prosiding
  11. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Serpong, 30-31 Oktober 2012. p 75-86.
  12. Thahir, R., Sudaryono, Soemardi, dan Soeharmadi. 1988. Teknologi Pascapanen Jagung, dalam Subandi, M. Syam, dan Adi Widjono (Eds). Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
  13. Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
  14. Umar, S. 2010. Teknologi alat dan mesin pasca panen sebagai komponen pendukung usahatani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Embryo. Vol. 7(2): 75-81.
  15. Yamin, S., I.U. Firmansyah, A.H. Talanca, dan Y. Tandiabang. 2005. Pengaruh penggunaan beberapa alsin pipil jagung dan kadar air terhadap
  16. hasil mutu pipilan, tingkat infeksi cendawan, dan serangan kumbang bubuk, dalam Firmansyah, I.U., S. Saenong, B. Abidin, Suarni, Y. Sinuseng, J. Tandiabang, W. Wakman, A. Nadjamuddin, A.H.
  17. Talanca, F. Koes, Suwardi, O. Komalasari. 2005. Proses Pascapanen untuk Menunjang Perbaikan Kualitas Produk Biji Jagung Berskala Industri dan Ekspor. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.