Pemberdayaan Masyarakat Kawasan Konservasi Kramat, Bedil, dan Temudong melalui Pengembangan Ekowisata Bahari dan Budi Daya Rumput Laut

  • Dedi Syafikri Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat
  • Siti Nurwahidah Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar,Nusa Tenggara Barat
  • Neri Kautsari Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat

Abstract

Kramat, Bedil, and Temudong (KBT) islands are watershed conservation areas located in Sumbawa Regency precisely in Labuhan Bajo Village. The main problem is the prohibition of fishing in some conservation zones, thereby reducing the area of fishing. Reduced of catchment area directly affects the decrease in catches and community income. Therefore, as an effort to overcome these problems, it is necessary to optimize the utilization of other zones in the conservation area. Sustainable fisheries zones and tourism zones are zones that have not been optimally utilized. This zones has the potential for ecotourism and seaweed cultivation, but most people do not have the knowledge and skills in the development of ecotourism and seaweed cultivation. The program aims to train and assist the community in integrating ecotourism with seaweed cultivation in sustainable fisheries zones, so that it can be an alternative livelihood for the local community. the program has outcomes that consist of: the availability of alternative livelihoods for people in conservation areas based on the integration of ecotourism and seaweed cultivation, increasing community income, and building positive community perceptions for conservation activities. The method used is counseling, training and mentoring on the development of marine ecotourism and Eucheuma cottonii seaweed cultivation in the sustainable fishing zone. The results of this activity are the development of marine ecotourism in the KBT MPA as evidenced by an increase in the number of visitors (tourists) three times more than before, the availability of alternative livelihoods of the community through boat rentals and increased knowledge and skills of the community in seaweed cultivation.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Dedi Syafikri, Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat
Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa
Siti Nurwahidah, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar,Nusa Tenggara Barat
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Samawa
Neri Kautsari, Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa, Jalan By Pass Sering, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat
Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Samawa

References

Arifin T. 2008. Akuntabilitas dan keberlanjutan pengelolaan kawasan terumbu karang di Selat Lembeh Kota Bitung. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bato M, Yulianda F, Fahruddin A. 2013. Kajian manfaat kawasan konservasi perairan bagi pengembangan ekowisata bahari: Studi kasus di kawasan konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik. 2(2): 104–113.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa. 2016. Kecamatan Utan Dalam Angka 2015. Sumbawa (ID): BPS Kabupaten Sumbawa.

Barr S, Gilg AW. 2007. A conceptual framework for understanding and analyzing attitudes towards environmental behaviour. Geografiska Annaler: Series B, Human Geography. 89(4): 361–379. https://doi.org/ 10.1111/j.1468-0467.2007.00266.x

Collins JH. 2008. Marine tourism in the Kimberly Region of Western Australia. Geographical Research. 46(1): 111–123. https://doi.org/ 10.1111/j.1745-5871.2007.00496.x

Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

[Depbudpar-WWF] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata–World Wildlife Fund. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta (ID): Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa. 2014. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa. Dinas Kelautan dan Perikanan Kab Sumbawa. Sumbawa (ID).

Oguz D, Cakıcı I, Kavas S. 2011. Environmental awareness of students in higher education. SDU Faculty of Forestri Journal. 12: 34–39.

Hardianti S, Muhammad H, Lutfi M. 2015. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur desa (program alokasi dana desa di Desa Buntongi Kecamatan Ampana Kota). Jurnal Katalogis. 5(1): 120–126.

Huraira A. 2008. Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat:

Model dan Starategi Pembangunan berbasis kerakyatan. Bandung (ID): Humaniora.

Joshi RL. 2011. Eco-tourism Planning and Management On Eco-tourism Destinations of Bajhang District, Nepal. A Term Paper: M. Sc. Forestry (2010–2012), p.11. Online [Available]: http://www.forestrynepal.org/ images/publications/Ecotourism %20 destination %20bajhang.pdf.

Kautsari N, Syafikri D. 2017. Iptek bagi masyarakat kelompok pembudidaya rumput laut di Desa Labuhan Sangoro yang mengalami kendala ketersediaan bibit. Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. 3(1): 1–8. https://doi.org/10.29244/agrokreatif. 3.1.1-8

Kautsari N, Ahdiansyah Y. 2016. Daya dukung dan kesesuaian lahan perairan labuhan terata, sumbawa untuk pengembangan budi daya rumput laut. Ilmu Kelautan. 20(4): 233–238. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.20.4.233-238

Laksana NP. 2013. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat desa dalam program desa siaga di Desa Bandung, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebijakan dan Manajemen publik. 1(1): 56–66.

Liu J, Qu H, Huang D, Chen G, Yue X, Zhao X, Liang Z. 2014. The role of social capital in encouraging residents' pro-environmental behaviors in communitybased ecotourism. Tourism Management. 41: 190–201.

Munoz J, Pelegrin YF, Robledo D. 2004. Mariculture of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) Color Strains in Tropical Waters of Yucatan, Mexico. Aquaculture. 239(1–4): 161–177. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2004.05.043

Radiarta N. 2013. Model penerapan iptek pengembangan kebun bibit rumput laut, Kappaphycus alvarezii, di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Media Akuakultur. 8(1): 49–56. https://doi.org/ 10.15578/ma.8.1.2013.49-56

Radiarta IN, Saputra A, Priyono B. 2004. Pemetaan kelayakan lahan untuk pengembangan usaha budidaya laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 10(5): 19–32. http://dx. doi.org/10.15578/jppi.10.5.2004.19-32

Setyawan L, Satria A. 2017. Hubungan pengembangan wisata dengan strategi Nafkah dan taraf hidup rumah tangga nelayan Desa Karimunjawa. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. 1(2): 167–182. https://doi.org/10.29244/jskpm.1.2.167-182

Tewari A, Eswaran K, Rao PVS, Jha BK. 2006. Is Kappaphycus alvarezii Heading Towards Marine Bioinvasion?. Current Science. 90(5): 619–620.

[TIES] The International Ecoturism Society. 2015. What is Ecotourism. [internet] [diunduh 31 Aug 2015]. Tersedia pada: https:// www. ecotourism. org /what -is-ecotourism.

Vicente-Molina MA, Fernandez-Sainz A, Izagirre-Olaizola J. 2013. Environmental knowledge and other variables affecting pro-environmental behaviour: comparison of university students from emerging and advanced countries. Journal of Cleaner Production. 61: 130–138. https://doi.org/ 10.1016/j.jclepro.2013.05.015

[WWF] World Wide Fund. 2014. Budi daya Rumput Laut. Jakarta (ID): WWF-Indonesia.

Zhang H, Lei SL. 2012. A structural model of residents' intention to participate in ecotourism: the case of a wetland community. Tourism Management. 33(4): 916–925. https://doi.org/10.1016/j.tourman.2011.09.012

Published
2019-04-02