Taksiran kerugian produksi daging akibat infeksi cacing saluran pencernaan pada ternak domba

  • Simon HE
  • Risa Tiuria
  • Fadjar Satrija

Abstract

Sebanyak 100 ekor domba jantan dan betina yang berasal dari Kotamadya dan Kabupaten Bogor dicatat berat karkasnya pada waktu penyembelihan di jagal dan contoh tinjanya diperiksa secara kuantitatif terhadap telur cacing saluran pecernaan. Terdapat korelasi negatif yang nyata (r= 0,4126; dk=3 : 76; P < 0,005) dengan indeks determinasi (r2) 0,1702, antara jumlah ttgt didalam tinja dengan cerat karkas domba. Dari sampel dengan rata-rata berat karkas 16,3 kg terdapat 80% dengan rata-rata berat karkas 15,4 kg yangmengandung telur cacing nematode, cestoda dan/atau trematoda. Hanya 20% yang negative dengan rata-rata berat karkas 19.8 kg. Dari yang positif, 27% menderita infeksi tunggal nematode, 7% cestoda, 8% trematoda, 9% infeksi campuran nematode dan cestoda, 7% nematode dan trematoda, 9% cestoda dan trematoda serta 13% infekasi campuran nematode, cestoda plus trematoda. Dari infeksi tunggal yang berjumlah 38% dan infeksi campuran sebanyak 42% terdapat 56% infeksi nematode, 38% cestoda dan 37% trematoda. Infeksi tunggal nematode mengakibatkan penurunan berat karkas sebesar 21, 72%, cestoda 9,60% dan trematoda 7,07% disbanding dengan berat karkas kelompok negatif. Infekski campuran nematode dan cestoda mengakibatkan penurunan produksi daging yang paling banyak (41,92%), disusul oleh infeksi campuran nematode, cestoda plus trematoda (34,34%). Domba jantan mengalami infeksi yang lebih berat dengan presentase penurunan berat karkas yang lebih besar disbanding dengan domba betina. Helminthiasis, ditambah interaksi dengan factor-faktor lain, mengakibatkan kerugian produksi daging dari ternak domba yang ditaksir antara 17,75 – 24,77% atau 3,2 – 4,4 juta kg atau Rp. 7,68 – 10,56 milyar atau US$ 4,8 – 6.6 juta pertahun.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Simon HE
Jurusan Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Risa Tiuria
Jurusan Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Fadjar Satrija
Jurusan Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor