Buletin Agrohorti https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron <p align="through"><strong><img src="/public/site/images/adminbulagron/Cover_aja_tanpa_edisi_page-00012.jpg" width="194" height="275"></strong></p> <p align="justify"><strong>Buletin Agrohorti</strong> is a scientific publication established in 2013, published by the <strong>Indonesian Society of Agronomy</strong> (Perhimpunan Agronomi Indonesia), <strong>Indonesian Society for Horticulture</strong> (Perhimpunan Hortikultura Indonesia) and the <strong>Department of Agronomy and Horticulture</strong>, <strong>IPB University</strong>.</p> <p align="justify">Buletin Agrohorti is a non-accredited national journal, containing original writings related to the fields of agronomy and horticulture in a broad sense including crop production, genetics and plant breeding, plant ecology and physiology, plant biotechnology, and seed science and technology, both in the form of research results, policy analysis, and reviews, in Indonesian and English. Published online in <strong>January</strong>, <strong>May</strong>, and <strong>September</strong>, one issue contains 16 articles.</p> <p align="justify">Buletin Agrohorti is printed on a limited basis and can be obtained by contacting the managing editor via email: <a href="mailto:buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id">buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id</a></p> <p>P-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1344846365">2337-3407</a> | E-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1486012144">2614-3194</a></p> en-US buletinagrohorti@gmail.com (Juang Gema Kartika) buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id (Nabilah Elok Widinanti) Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 OJS 3.1.2.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Inisiasi Tunas Tin (Ficus carica) Aksesi Blue Giant dengan Penambahan Beberapa Konsentrasi BAP https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51582 <p>Tanaman tin (<em>Ficus carica</em>) memiliki beraneka ragam aksesi salah satunya yaitu Blue Giant. Buah tin Blue Giant memiliki warna merah dengan garis kebiruan dengan rasa yang sangat manis dan sangat produktif, namun keberadaannya masih sangat terbatas. Inisiasi tunas tin melalui kultur <em>in vitro</em> merupakan salah satu cara untuk memperbanyak tanaman tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui respons pertumbuhan tunas tin aksesi Blue Giant terhadap pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh BAP (benzylaminopurine) secara <em>in vitro</em>. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3 AGH pada bulan Desember 2021 sampai Agustus 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor dengan 3 taraf konsentrasi BAP pada media dasar MS0 dengan penambahan arang aktif. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, setiap botol ditanam 1 eksplan tunas, sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media dengan penambahan BAP 5 ppm berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 4 MST, sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah tunas. Media tanpa penambahan BAP mampu menghasilkan tunas berakar pada umur 2 MST. Jumlah tunas tin terbanyak diperoleh pada media dengan perlakuan BAP 2.5 ppm sebanyak 4 buah tunas.</p> <p>Kata kunci: eksplan, kultur jaringan, media MS, moraceae, sitokinin&nbsp;</p> Lulu Siti Hanifah, Shandra Amarillis, Sudarsono Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51582 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Perbandingan Kinerja Alat Pangkas Mesin dan Manual terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Kebun Gambung, Bandung https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51575 <p>Tanaman teh termasuk salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2022 di Kebun Gambung, Bandung. Penelitian bertujuan mengevaluasi alat pangkas mesin dan manual terhadap pertumbuhan tanaman teh. Pemangkasan manual menggunakan <em>gaet </em>dan mekanis menggunakan mesin Tasco CG 430 dan Tasto TK- 328G. Percobaan disusun menggunakan uji-t berpasangan dengan membandingkan alat pangkas manual dan mesin terhadap pertumbuhan tanaman teh. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase pucuk burung di lapangan sebanyak &gt;70% sehingga baik untuk dilakukan pemangkasan. Kerusakan cabang akibat pangkas mesin dan manual tidak berbeda nyata, namun kerusakan pada perlakuan mesin lebih tinggi 4.13% dibandingkan perlakuan manual. Rata-rata komposisi cabang &lt;1 cm perlakuan mesin dan manual berbeda nyata, dengan perlakuan mesin sebesar 30.99 dan manual sebesar 27.83 sedangkan cabang &gt;1 cm tidak berbeda nyata. Pertumbuhan tunas pada perlakuan mesin dan manual tidak berbeda nyata. Penggunaan pangkas mesin lebih efisien dibandingkan pangkas manual dilihat dari biaya dan kebutuhan tenaga kerja.</p> <p>Kata kunci: kadar pati, pemangkasan, pertumbuhan tunas, pucuk burung, produksi</p> Mila Rahayu, Hariyadi, Arya Widura Ritonga Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51575 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Pengaruh Kandungan P dan K Tanah terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) pada Tanah Andisol https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54543 <p>Tomat merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan di Indonesia. Produktivitas tomat dapat ditingkatkan dengan pendekatan teknologi budidaya seperti menggunakan teknologi irigasi dan pemupukan yang presisi. Penelitian bertujuan mengevaluasi pertumbuhan dan hasil tanaman tomat pada berbagai tingkat ketersediaan unsur hara P dan K di dalam tanah andisol asal Garut. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik kebun percobaan tajur PKHT IPB menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor berupa status hara (rendah, sedang, dan tinggi) pada unsur hara P dan K secara terpisah berdasarkan hasil uji cepat perangkat uji tanah kering (PUTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara P tanah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, yaitu pada bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering total. Status hara K tanah nyata berpengaruh pada tinggi tanaman, bobot biomassa basah, bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total, diameter batang, jumlah buah, dan total bobot buah. Status hara K tinggi menunjukkan hasil total bobot buah yang paling tinggi yaitu dengan rata-rata 320.17 gram tomat per tanaman atau setara dengan 10,565 ton ha<sup>-1</sup>, sedangkan status hara P tinggi menunjukkan hasil total bobot buah yaitu dengan rata-rata 256.32 gram tomat per tanaman atau setara dengan 8,458 ton ha<sup>-1</sup>.</p> <p>&nbsp;Kata kunci: biomassa, fosfor, kalium, status hara, produktivitas</p> Ibnu Surastyo Adji, Anas D Susila, Heni Purnamawati Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54543 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Pertumbuhan dan Produksi 5 Galur Harapan Tomat (Solanum lycopersicum L.) pada Naungan Paranet https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59298 <p>Penelitian ini dilakukan untuk menguji pertumbuhan dan produksi 5 galur harapan tomat dan varietas pembanding terhadap pengaruh naungan paranet. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Ciomas, Bogor pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Mei 2018. Penelitian menggunakan rancangan petak tersarang, dua faktor dan empat ulangan. Petak utama terdiri atas 2 taraf, yaitu naungan paranet 50% (N1) dan tanpa naungan 0% (N0) dan anak petaknya adalah 5 galur harapan tomat (F4SSH34979-370-1, F4SSH34979-326-4, F4SSH34979-380-11,&nbsp; F4SSH34979-380-13, dan F4SSH34979-380-16) dan 5 varietas pembanding (Palupi, Karina, Tora, SSH3, dan 4979). Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan paranet 50% meningkatkan pertumbuhan seluruh tanaman tomat yang diuji dan produksi pada 5 galur harapan tomat. Penurunan produksi terjadi pada seluruh varietas pembanding, kecuali varietas SSH3.</p> <p>Kata kunci: galur harapan, pengaruh naungan, pertumbuhan, produksi</p> Arief Budi Nur Rachmat, M.A. Chozin, Arya Widura Ritonga Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59298 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Respons Pertumbuhan dan Hasil Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) terhadap Penggunaan Pupuk Kasgot https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/57003 <p>Pupuk bekas maggot (kasgot) adalah jenis pupuk organik yang dihasilkan dari proses pengomposan limbah organik menggunakan larva <em>black soldier fly</em> (<em>Hermetia illucens</em>). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kasgot terhadap pertumbuhan pakcoy. Penelitian dilakukan di <em>Agribusiness and Technology Park</em> (ATP) IPB University, Cikarawang, Bogor pada bulan Maret hingga April 2024. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan lima ulangan, sehingga menghasilkan 20 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah dosis kasgot dengan K0 (kontrol/tanpa pupuk maggot), K1 (pupuk maggot 100 g), K2 (pupuk maggot 200 g), dan K3 (pupuk maggot 100 g) per polibag ukuran 35 cm x 35 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kasgot dapat meningkatkan hasil dan morfologi tanaman pakcoy. Produksi dan morfologi tanaman pakcoy dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan dosis pupuk dari 100 g per polibag hingga 300 g per polibag tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap beberapa parameter pertumbuhan tanaman pakcoy, seperti tinggi tanaman, lebar daun, dan panjang akar. Tinggi tanaman berkisar antara 17.10 cm hingga 19.00 cm, lebar daun antara 5.12 cm hingga 6.22 cm, dan panjang akar antara 12.60 cm hingga 15.00 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk sebesar 100 g per polibag sudah cukup untuk mendukung pertumbuhan optimal tanaman pakcoy, dan peningkatan dosis lebih lanjut tidak memberikan efek positif yang berarti.</p> <p>Kata kunci: dosis, maggot, morfologi, pupuk organik</p> Sherly Eka Maulidiya, Kuntum Khaira Ummah, Muhammad Toha Miftahurridho, Herdhata Agusta, Hariyadi Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/57003 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Manajemen Pengendalian Gulma Perkebunan Teh (Camellia Sinensis (L.) Kuntze) di Malang, Jawa Timur https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59306 <p>Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, sebab gulma dapat menurunkan hasil produksi tanaman. Pengendalian gulma perlu dilakukan agar kerugian yang diakibatkan oleh gulma bisa diatasi. Penelitian bertujuan memahami dan mempelajari pengelolaan gulma serta menganalisis aspek pengendalian gulma yang dilakukan di kebun. Pengamatan yang dilakukan yaitu analisis vegetasi gulma menggunakan metode kuadrat yang berbentuk bujur sangkar dengan panjang 0.5 m x 0.5 m. Analisis vegetasi dilakukan pada area tanaman dengan tahun pangkas (TP) yang berbeda yaitu TP 0, TP 1, TP 2, dan TP 3. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji <em>t-student </em>pada taraf 5%. Hasil pengamatan menunjukkan pengendalian gulma di Afdeling Wonosari dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma manual dilakukan untuk mengendalikan gulma diatas bidang petik, gulma yang tingginya &gt;30 cm, serta gulma berkayu. Pengendalian kimiawi dilakukan dengan alat <em>knapsack sprayer </em>dan herbisida yang digunakan berupa herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glyphosat. Pengendalian gulma secara kimiawi lebih efektif dan efisien dari sisi tenaga kerja, biaya, serta hasil luasan yang dikerjakan. Kalibrasi semprot dilakukan sebelum dilakukan penyemprotan untuk mengetahui volume semprot yang diperlukan agar penyemprotan dapat dilakukan secara efektif. Keefektifan penyemprotan herbisida dipengaruhi oleh waktu pengaplikasian, waktu turunnya hujan, serta kemampuan penyemprot.</p> <p>Kata kunci: bidang petik, dominasi gulma, herbisida, koefisien komunitas</p> Christina Mey Rahayu, sofyan zaman, Arya Widura Ritonga Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59306 Thu, 26 Sep 2024 00:00:00 +0700 Pengaruh Kombinasi Media dan Lebar Keratan terhadap Pertumbuhan Cangkok Jeruk Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.) https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51581 <p>Pamelo (<em>Citrus </em><em><u>maxima</u> </em>(Burm.) Merr.<em>)</em> merupakan buah yang banyak dibudidayakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Perbanyakan pamelo lebih efektif dilakukan secara vegetatif karena memiliki keunggulan pada sifat anakan yang serupa dengan induknya. Cangkok merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif yang banyak digunakan karena memiliki keberhasilan berakar yang tinggi pada tanaman berkayu. Penelitian bertujuan mengevaluasi efek media dan lebar keratan terhadap keberhasilan cangkok pamelo. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April hingga November 2021. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal terdiri atas sembilan perlakuan kombinasi. Perlakuan yang digunakan adalah jenis media (pupuk kandang dan tanah (1:1), arang sekam dam serbuk sabut kelapa (1:1), dan <em>sphagnum moss </em>dan tanah (1:1)), masing-masing dikombinasikan dengan lebar keratan (3 cm, 6 cm, dan 9 cm), menghasilkan 9 kombinasi perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan kombinasi perlakuan media dan lebar keratan berpengaruh nyata terhadap keberhasilan cangkok. Kombinasi perlakuan media arang sekam dan <em>cocopeat</em> (1) dan lebar keratan 3 cm merupakan kombinasi perlakuan dengan persentase keberhasilan cangkok paling tinggi dan memiliki rata-rata jumlah akar paling banyak dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya.</p> <p>Kata kunci: <em>cocopeat, sphagnum moss</em>, perbanyakan vegetatif, jumlah akar, panjang akar</p> Muhammad Heraldi Garda Widyaswara, Slamet Susanto, Deden Derajat Matra Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51581 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Aek Nabara, Sumatera Utara https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51531 <p>Pengelolaan pemupukan pada kelapa sawit (<em>Elaeis guineensis</em> Jacq.) diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi. Penelitian berlangsung pada bulan Januari hingga Mei 2021 di kebun Aek Nabara. Penelitian bertujuan menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan pemupukan yang mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan. Pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan metode langsung (data primer) yaitu pengamatan 5T (tepat jenis, dosis, cara, waktu dan tempat), pengelolaan distribusi pupuk dan kehilangan pupuk dan metode tidak langsung (data sekunder). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi pemupukan di afdeling IV telah sesuai dengan rekomendasi Departemen Penelitian dan Pengembangan. Jenis pupuk yang diaplikasikan, yaitu pupuk AC, RP, MOP, Borat, Dolomit, dan Janjangan kosong. Ketepatan cara aplikasi MOP mencapai 92.78%, yang dikategorikan sangat baik berdasarkan standar kebun. Rata-rata ketepatan lokasi aplikasi pupuk adalah 55.69 cm, sesuai dengan standar kebun (50-100 cm) untuk tanaman menghasilkan &lt;8 tahun. Namun, ketepatan dosis aplikasi MOP hanya mencapai 80.56%, masih di bawah standar kebun yaitu sebesar 92%. Pengawasan dan perencanaan dalam proses pemupukan masih perlu ditingkatkan, khususnya dalam hal dosis pupuk, untuk menghasilkan pemupukan yang optimal.</p> <p>Kata kunci : efisiensi, efektivitas, kehilangan pupuk, ketepatan pemupukan</p> Falencia Sinaga, Didy Sopandie, Edi Santosa Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51531 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Identifikasi Zat Alelopati pada Daun Eucalyptus pellita F. Muell dan Pengaruhnya terhadap Perkecambahan Gulma https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/53969 <p>Pengendalian gulma menggunakan herbisida sintetis lebih efektif dan murah dibandingkan dengan pengendalian manual, namun berisiko menyebabkan pencemaran lingkungan. Daun <em>Eucalyptus</em> <em>pellita</em> mengandung senyawa alelopati yang berpotensi sebagai bioherbisida. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium <em>Ecotoxycology, </em>Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi zat alelokimia pada daun <em>Eucalyptus</em> <em>pellita</em> dan mengetahui potensinya sebagai bioherbisida untuk mengendalikan perkecambahan gulma. Senyawa alelokimia ditentukan menggunakan GCMS. Ekstrak daun diaplikasikan pada benih gulma di laboratorium. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan empat ulangan. Perlakuan konsentrasi ekstrak terdiri dari 0%, 5%, 10%, dan 20% (w/v). Gulma target adalah <em>Asystasia</em> <em>intrusa</em>, <em>Borreria</em> <em>alata</em>, dan <em>Eleusine</em> <em>indica</em>. Hasil penelitian menunjukkan adanya 23 senyawa dalam ekstrak daun <em>E. pellita</em>; senyawa dominannya adalah 1,8 cineole. Ekstrak daun <em>E. pellita</em> menekan perkecambahan benih gulma target. Ekstrak daun <em>E. pellita</em> pada konsentrasi 5%-20% menekan pertumbuhan plumula dan radikula <em>A. intrusa</em> dan <em>B. alata</em> dalam percobaan laboratorium.</p> <p>Kata kunci: alelokimia, bioherbisida, biomassa, ekstrak daun, perkecambahan</p> Dwi Guntoro, Yuni Andriyani, Mia Audina Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/53969 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Produksi Tanaman Cabai Tumpangsari dengan Tanaman Famili Brassicaceae di Cianjur, Jawa Barat https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54026 <p>Tumpang sari merupakan salah satu program intensifikasi pertanian yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Tumpangsari dapat meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani, dan membagi risiko. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi tentang produksi cabai tumpang sari dengan tanaman dari keluarga Brassicaceae. Penelitian dilakukan di lahan petani di Cianjur, Jawa Barat, dari Januari hingga April 2020. Tumpangsari merupakan praktik yang mudah dilakukan oleh petani dengan menggunakan cabai dan tanaman Brassicaceae. Penelitian dilaksanakan mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen tanaman cabai, kubis dan sawi putih. Pengamatan meliputi waktu panen (MST), bobot hasil (kg), luas lahan (m²), dan analisis usaha tani. Data dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki bobot panen akhir yang lebih tinggi sebesar 16.458 ton ha<sup>-1</sup> dibandingkan dengan cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis yaitu sebesar 15.885 ton ha<sup>-1</sup>. Cabai yang ditumpangsarikan dengan sawi putih memiliki rasio R/C sebesar 3.20, sedangkan tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan kubis memiliki rasio R/C sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kelayakan usaha tani di antara keduanya menguntungkan dan layak karena rasio R/C keduanya &gt;1.</p> <p>Kata kunci: analisis usaha tani, evaluasi, hasil panen, R/C <em>ratio</em></p> Khurul Visasti , Juang Gema Kartika, Megayani Sri Rahayu Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54026 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Labuhanbatu, Sumatera Utara https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59490 <p>Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Keberhasilan panen dicapai dengan menghasilkan produktivitas tandan buah yang tinggi dengan kandungan rendemen minyak yang tinggi serta kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah sehingga manajemen panen harus dilaksanakan secara optimal. Penelitian bertujuan mengevaluasi perencanaan panen, pelaksanaan panen, dan evaluasi panen. Penelitian dilaksanakan di Labuhanbatu, Sumatera Utara dari bulan Januari hingga Mei 2022. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan rata-rata, persentase, dan uji komparatif (<em>t-student</em>) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan rotasi panen terpanjang mencapai 13 hari, sedangkan standar kebun adalah 10 hari. Penggunaan alat pelindung diri (APD) tergolong cukup baik walaupun terdapat beberapa pemanen yang tidak menggunakan helm dan <em>face shield</em>. Kapasitas panen terdapat perbedaan yang signifikan karena pekerja memperoleh basis upah harian yang ditetapkan. Rata-rata AKP sebesar 20.18% dan rata-rata varian sebesar 2.41%. Kebutuhan tenaga panen ideal dengan diperoleh taksasi sebesar 15.61 dan realisasi sebesar 14.20. Transportasi panen relatif singkat dengan rata-rata waktu yang ditempuh 12.13 menit, rata-rata jarak 2.16 km, dan rata-rata kecepatan 10.88 km per jam. Persentase mutu buah sesuai dengan standar kebun dengan tidak ada buah mentah, buah matang 96.74%, buah terlalu matang 2.55%, dan buah busuk 1.71%. Kehilangan hasil di lapangan sebesar 1.88 butir per pokok. Penerapan sistem evaluasi, denda, dan premi panen dilakukan untuk menjaga tercapainya basis dan kualitas panen.</p> <p>Kata kunci: kehilangan hasil, kriteria matang panen, rotasi panen, tenaga panen</p> Rully Amelia Idiatsyah, Ahmad Junaedi, Sudradjat Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59490 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Optimasi Satuan Panas sebagai Kriteria Panen Terukur pada Pisang Tanduk (Musa eumusa, AAB Group) https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59493 <p>Pisang merupakan komoditas yang banyak ditemukan di pasar, dan cukup potensial untuk dibudidayakan. Pisang mudah diolah untuk dijadikan bahan pangan. Penelitian bertujuan untuk mengkaji akumulasi satuan panas yang tepat sebagai kriteria panen terukur pisang Tanduk serta pengaruhnya terhadap mutu fisik dan kimia pada tingkat kematangan pascapanen yang sama. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Sukamantri, Bogor, Jawa Barat pada ketinggian 550 meter di atas permukaan laut pada bulan Desember 2021 hingga April 2022. Pengujian kualitas fisik dan kualitas kimia pisang Tanduk dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan untuk menguji tujuh umur panen: 70,75, 80, 85, 90, 95, 100 hari setelah antesis (HAS). Satuan panas tersebut setara dengan satuan panas: 1035, 1111, 1188, 1262, 1332, 1398, 1444 ˚C hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pisang Tanduk yang dipanen pada umur panen 70-100 HSA di Kebun Percobaan Sukamantri dengan satuan panas 1035.15-1443.90 ˚C hari tidak mempengaruhi komponen produksi, komponen fisik, laju respirasi, dan kualitas kimia pada kematangan pascapanen yang sama kecuali PTT dan rasio PTT/ATT.</p> <p>Kata kunci: antesis, laju respirasi, pascapanen, satuan panas, umur simpan</p> Shella Elvira Siregar, Winarso Drajad Widodo, Slamet Susanto Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/59493 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfor dan Kalium terhadap Produksi dan Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51660 <p>Kedelai merupakan salah satu komoditas prioritas yang diupayakan untuk ditingkatkan produksinya guna mengurangi impor. Upaya peningkatan produksi nasional kedelai di antaranya perbaikan teknik budi daya melalui pengaturan pupuk. Pupuk fosfor (P) dan kalium (K) yang merupakan pupuk dasar yang dibutuhkan dalam budi daya kedelai. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengaruh dosis pupuk P dan K terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru dari bulan September hingga Desember 2021. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan dua faktor percobaan, yakni dosis pupuk P (0, 50, 100, dan 150 kg SP-36 ha<sup>-</sup> <sup>1</sup>) dan dosis pupuk K (0, 100, dan 150 kg KCl ha<sup>-1</sup>). Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk P mempercepat umur panen serta menaikkan indeks luas daun, nilai kehijauan daun fase R1, bobot kering tajuk, laju pertumbuhan tanaman fase R5−R8, bobot biji per tanaman, bobot ubinan, dan potensi hasil kedelai. Dosis 150 kg SP-36 ha<sup>-1</sup> menghasilkan bobot biji per tanaman, bobot ubinan, dan potensi hasil tertinggi dibanding dosis lainnya. Hasil panen perlakuan pupuk P 100 kg SP-36 ha<sup>-1</sup> dan 150 kg SP-36 ha<sup>-1</sup> melampaui potensi hasil varietas. Pemupukan K memperpanjang fase pengisian polong (R5) dan meningkatkan tinggi tanaman pada 9 MST, bobot kering tajuk, bobot biji per tanaman, bobot 100 butir, bobot ubinan, dan potensi hasil kedelai. Dosis 150 kg KCl ha<sup>-1</sup> menghasilkan komponen produksi kedelai tertinggi dibanding dosis lainnya.</p> <p>Kata kunci: bobot biji, bobot kering tajuk, potensi hasil, umur panen, umur pengisian polong</p> Ade Tika Sari Harahap, Iskandar Lubis, Endah Retno Palupi Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/51660 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700 Sistem Panen Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54535 <p><em>Palm oil (<u>Elaeis</u> <u>gueenensis</u> Jacq) is an important vegetable oil in Indonesia. Palm oil productivity is influenced by various factors including harvest management. This research had specific objectives to be achieved, namely studying and understanding the management of palm oil harvesting, and analyzing the factors that influence the effectiveness and efficiency of palm oil harvesting. The research was conducted at Sekunyir estate, Central Kalimantan from February to May 2014. Data collection was obtained by direct and indirect methods. Field observations were conducted by following 8 harvesters on the Division of Labour (DOL) system and 4 harvest teams on the 1 Cutter and 2 Carrier (C1R2) system. This research concluded that changing the harvest system from the DOL system to the C1R2 system had a good impact on crop management and the productivity of the harvest team. The C1R2 system had a yield of 5-7% higher than the DOL system in obtaining ripe fruit and had a smaller number of rotten fruits which was around 2.6% compared to the DOL system which reached 8%.</em></p> <p><em>Keywords: harvest efficiency, C1R2 system, DOL system, harvesting technique, labor</em></p> Aris Adi Saputra, Sudradjat Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/54535 Mon, 30 Sep 2024 00:00:00 +0700