Buletin Agrohorti
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron
<p style="color: #660000; text-align: justify;"><input style="float: left; margin-left: 10px; margin-right: 10px;" alt="" src="/public/site/images/adminbulagron/Small_COVER_BARU_border_shadow.jpg" type="image"></p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is a non-accredited national journal. Publish three times a year in January, May and September and containing 16 articles. Starting in 2018 (Volume 6), the article published was added to 16 articles per edition.</p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is limited and can be obtained by contacting the executive editor via email: buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id by replacing the printing costs of Rp. 150,000 excluding shipping costs.</p>Departemen Agronomi dan Hortikulturaen-USBuletin Agrohorti2337-3407Cover dan Daftar Isi
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30536
<p>Cover dan daftar isi Vol 7, No. 3</p>Tim Admin Bulagron
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-0173Panen dan Pascapanen Kelor (Moringa oleifera Lam.) Organik di Kebun Organik Kelorina, Blora, Jawa Tengah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30171
<p>Penelitian kelor di Blora ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan teknik panen terhadap produksi daun dan mempelajari metode pascapanen dan pengolahan kelor yang tepat untuk menghasilkan kelor berkualitas. Pengawasan dan sosialisasi yang berkelanjutan terkait standar operasional prosedur penting dilakukan kepada petani mitra untuk menjamin kualitas bahan baku yang tetap. Kriteria daun kelor yang dapat dipanen yaitu tangkai daun sudah memiliki sudut tangkai daun antara 45<sup>o</sup>-90<sup>o</sup>, sudah muncul sedikit bakal daun di ketiak daunnya dan daun berwarna hijau tua. Panen kelor dengan teknik pangkas cabang lebih cocok digunakan untuk produksi pakan ternak. Kelor yang dipanen dengan teknik petik daun lebih cocok digunakan untuk tujuan produksi pangan. Pengeringan merupakan kunci terpenting dalam produksi kelor. Suhu ruang pengering dipertahankan 30-35 <sup>o</sup>C dengan kelembapan dibuat hingga 46% RH selama dua hari. Perlakuan pra pengeringan dan tanpa pra pengeringan tidak mempengaruhi persentase rendemen daun kelor.</p>Chandi Tri AkbarKetty SuketiJuang Gema Kartika
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017324725410.29244/agrob.v7i3.30171Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Budidaya Paprika Kerucut Mini (Capsicum annuum var. Tribeli) dalam Greenhouse di V.O.F M&W Van Paassen, Belanda
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30172
<p><em>Greenhouse </em>adalah bangunan budidaya tanaman yang digunakan untuk membudidayakan paprika kerucut mini di Belanda. Kegiatan budidaya pertanian yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan lingkungan jika tidak menerapkan <em>good agricultural practices</em> (GAP). Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman manajerial pada budidaya tanaman hortikultura dalam <em>greenhouse</em> dan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan GAP di V.O.F M&W Van Paassen berdasarkan standar kriteria yang diterbitkan oleh GLOBAL G.A.P. Kegiatan magang ini dilakukan di perusahaan V.O.F M&W Van Paassen mulai tanggal 30 April hingga 28 Juli 2018 di Belanda. Data yang didapat selama magang dianalisis secara deskriptif, kemudian dilakukan skoring. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh perusahaan V.O.F M&W Van Paassen termasuk dalam kategori <em>good agricultural practices</em>, hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya kriteria mayor, minor dan rekomendasi yang ditetapkan oleh badan resmi sertifikasi GLOBAL G.A.P. Perusahaan harus memenuhi 100% dari total kriteria mayor dan minimal 95% dari kriteria minor yang ditetapkan untuk dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang telah menerapkan <em>good agricultural</em> <em>practices</em>. Kriteria rekomendasi dimaksudkan sebagai solusi untuk langkah yang dapat diambil perusahaan agar lebih baik dalam menerapkan GAP namun tidak mempengaruhi penilaian kriteria.</p>Fina OktaviantiJuang Gema Kartika
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017325526210.29244/agrob.v7i3.30172Studi Perkecambahan Benih Ciplukan (Physalis peruviana L.) Pada Beberapa Tingkat Masak Buah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30173
<p>Ciplukan merupakan tanaman dengan banyak manfaat. Permintaan buah ciplukan yang meningkat menjadi peluang yang baik bagi petani. Masalah yang dihadapi petani adalah belum tersedianya benih bermutu. Informasi mengenai perkecambahan benih ciplukan masih sangat sedikit, sehingga perlu dilakukan pengembangan terhadap studi perkecambahan benih ciplukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode pengujian daya berkecambah dan mengetahui pengaruh tingkat masak dan perlakuan benih sebelum pengecambahan pada perkecambahan benih ciplukan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB pada bulan Februari sampai dengan April 2019. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu tingkat masak benih yang diindikasikan oleh warna kelopak buah yaitu hijau kekuningan, kuning dan coklat. Faktor kedua adalah perlakuan sebelum pengecambahan yaitu tanpa perlakuan, perendaman benih dengan aquades dan perendaman dengan KNO<sub>3</sub> 0.2% selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengamatan daya berkecambah hitungan pertama adalah pada 14 HSP dan hitungan kedua pada 28 HSP. Berdasarkan pengamatan indeks vigor dan kecepatan tumbuh, panen benih terbaik dapat dilakukan ketika kelopak buah berwarna kuning hingga coklat. Perlakuan benih sebelum pengecambahan dengan KNO<sub>3</sub> nyata meningkatkan daya berkecambah pada tingkat masak kuning.</p>Norul Dewi SusantiEny WidajatiDwi Guntoro
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2020-05-012020-05-017326326910.29244/agrob.v7i3.30173Teknik Perbanyakan Cepat Bibit Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. Lam) dengan Perlakuan Rootone F dan Pupuk Daun
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30191
<p>Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh dari Rootone F dan pemupukan daun terhadap produksi bibit dengan teknik perbanyakan cepat.Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, Dramaga, Bogor IPB pada bulan Agustus 2017 sampai Desember 2017.Percobaan disusun secara Split Blok dalam Rancangan Acak Kelompok melibatkan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan.Faktor pertama adalah konsentrasi auksinyang terdiri dari empat taraf yaitu, 0 ppm, 150 ppm dan 300 ppm.Faktor kedua adalah frekuensi aplikasi pupuk daun yang terdiri dari empat taraf yaitu, tanpa pupuk, 1 kali/ minggu, 1 kali/ 2 minggu dan 1 kali/ 3 minggu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi Rootone F dan frekuensi pemberian pupuk terhadap panjang cabang primer, jumlah daun cabang primer dan jumlah bibit cabang primer.Frekuensi pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan.Pemberian pupuk daun meningkatkan jumlah buku. Teknik perbanyakan cepat ubi jalar menghasilkan multiplikasi rasio 1:3 bibit ukuran 15 cm dalam waktu dua bulan.</p>Haris Aprianto SetiawanAsep SetiawanMegayani Sri Rahayu
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017327128010.29244/agrob.v7i3.30191Aplikasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci Meningkatan Pertumbuhan dan Produksi Caisim (Brassica juncea L.) Organik di Yayasan Bina Sarana Bakti, Cisarua, Bogor, Jawa Barat
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30192
<p>Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kebun Organik Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB), Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk organik cair urin kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil produksi sayuran caisim secara organik. Data primer diambil melalui percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 1 faktor dengan 4 taraf urin kelinci (0, 5, 10, dan 15%) dan 3 ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Tanaman caisim dikombinasikan dengan selada merah dengan letak 3 baris tanaman caisim dan 2 baris selada merah di sisi kanan dan kirinya. Kegiatan produksi sayuran organik di YBSB secara keseluruhan telah berjalan dengan baik. Kegiatan penelitian ini mampu meningkatkan pengetahuan serta keterampilan penulis baik dari segi teknis maupun manajerial dalam budidaya sayuran organik. Aplikasi pupuk organik cair urin kelinci pada 1 minggu setelah tanam nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman caisim diantaranya jumlah, daun, panjang daun, lebar daun dan diameter batang. Konsentrasi urin kelinci 10% adalah konsentrasi terbaik untuk diaplikasikan pada tanaman caisim. Konsentrasi ini nyata meningkatkan bobot basah dan bobot rompesan caisim yang dipanen. Meskipun secara statistik ketiga perlakuan konsentrasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun konsentrasi POC 10% menghasilkan rataan nilai tengah bobot layak jual tertinggi dengan persentase peningkatan sebesar 72.87%, sehingga dapat dijadikan sebagai pilihan terbaik karena lebih menguntungkan dari segi ekonomi.</p>Dhedy KristantoSandra Arifin Aziz
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017328128610.29244/agrob.v7i3.30192Aplikasi Ethepon dan Lilin Lebah dalam Upaya Degreening dan Perpanjangan Umur Simpan Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30193
<p>Jeruk keprok garut (<em>Citrus reticulata</em> L.) merupakan jeruk yang memiliki warna kulit buah hijau kekuningan pada saat matang fisiologis. Teknologi <em>degreening</em> dengan menggunakan ethepon dapat meningkatkan kualitas warna jingga kulit jeruk tropika. <em>Degreening</em> merupakan proses perombakan pigmen klorofil sekaligus biosintesis karotenoid pada kulit jeruk dengan perlakuan tertentu<strong>.</strong> Pembentukan warna jingga kulit jeruk merupakan kombinasi antara <em>β-citraurin</em> dan <em>β-cryptoxanthin.</em> Selain teknologi <em>degreening</em> untuk membentuk warna jingga pada kulit jeruk, teknologi pascapanen untuk memperpanjang umur simpan jeruk yaitu pelilinan dengan lilin lebah. Penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh konsentrasi larutan ethepon terhadap kecepatan <em>degreening</em> dan konsentrasi lilin lebah terhadap daya simpan jeruk keprok garut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018 di Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB. Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah perlakuan ethepon (0 ppm dan 1 000 ppm), faktor kedua adalah perlakuan lilin lebah (0%, 6% dan 9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ethepon 1 000 ppm memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dapat membentuk warna jingga kekuningan (nilai CCI sebesar 5.91) pada kulit jeruk keprok garut pada 28 HSP. Pelapisan lilin lebah 9% yang dikombinasikan dengan ethepon 0 ppm menghasilkan susut bobot terendah pada akhir penyimpanan.</p>Yande Artha GautamaDarda EfendiDeden Derajat Matra
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017328729410.29244/agrob.v7i3.30193Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30531
<p>Kegiatan penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi<br>dalam kegiatan pemangkasan kopi. Selain itu, melatih keterampilan kerja dan menambah pengetahuan terkait<br>budidaya kopi. Kegiatan penelitian telah dilaksanakan di Kebun Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara<br>XII (Persero), Bondowoso, Jawa Timur pada bulan Januari sampai bulan Mei 2019. Kopi merupakan salah<br>satu komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Salah satu<br>teknik budidaya tanaman kopi yang penting adalah pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada aspek<br>pemangkasan yang meliputi tinggi tanaman, komposisi cabang, dan pertumbuhan tunas. Sampel tanaman<br>diambil dari 5 blok kebun dan terdiri atas 3 tanaman per blok. Data sekunder diperoleh dari laporan<br>manajemen perusahaan. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif, rata-rata, dan persentase.<br>Pemangkasan tanaman kopi yang dilakukan di Kebun Kalisat Jampit termasuk pemangkasan<br>pemeliharaan/produksi. Komposisi cabang produktif yang merata (±33%) akan berpengaruh terhadap hasil<br>taksasi produksi. Jumlah cabang yang dipangkas merupakan cabang yang sudah tua, terserang penyakit, dan<br>produksinya sudah menurun. Cabang yang sudah dipangkas akan menumbuhkan tunas-tunas produktif yang<br>baru. Pelaksanaan pemangkasan di Afdeling Kampung Baru sudah sesuai dengan standar kebun dilihat dari<br>tinggi tanaman kopi yang tidak lebih dari 160 cm.</p>Nur KhayatiAde Wachjar. Sudarsono
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2020-05-012020-05-017329530110.29244/agrob.v7i3.30531Karakterisasi dan Daya Simpan Empat Aksesi Buah Pisang Tanduk (Musa .sp AAB)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30202
<p>Indonesia memiliki berbagai jenis pisang tanduk dengan karakteristik yang berbeda. Informasi mengenai perbedaan karakteristik dan daya simpan beberapa jenis pisang tanduk masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik dan daya simpan empat aksesi pisang tanduk. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret 2017 hingga Juni 2017. Bahan utama yang digunakan yaitu 4 aksesi pisang tanduk yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu aksesi. Faktor aksesi terdiri atas 4 aksesi dan 4 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aksesi memberikan pengaruh nyata terhadap semua karakter yang diamati (bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan kulit, bobot daging, bobot kulit, kelunakan, BDD, PTT dan ATT) kecuali rasio antara PTT/ATT. Aksesi 1 dan 3 memiliki kualitas fisik (bobot buah, panjang, diameter dan ketebalan kulit) terbaik. Kualitas kimia terbaik terdapat pada Aksesi 3. Susut bobot Aksesi 1 dan 3 merupakan susut bobot terendah dibandingkan Aksesi lainnya. Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada semua aksesi tidak aktif. Umur simpan pisang berkisar antara 15 hari sampai dengan hari.</p>Retty NurfazizahSlamet SusantoWinarso Drajad Widodo
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017330331010.29244/agrob.v7i3.30202Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) di Seruyan Estate, Kebun Minamas, Kalimantan Tengah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30203
<p>Penelitian ini dilakukan di Kebun Seruyan Estate yang terletak pada Desa Pembuang Hulu II, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah dari bulan Februari sampai Juni 2015. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui sarana panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, kualitas hasil panen, kualitas hanca panen, transport panen dan alat pelindung diri. Secara umun Kebun Seruyan Estate sudah melakukan kegiatan kebun sesuai dengan standar. Permasalah yang ditemukan di bidang pemanenan yaitu kualitas matang panen dan mutu hancak yang belum memenuhi standar perusahaan.</p>Dwi Djosep Hidayat. Hariyadi
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017331131810.29244/agrob.v7i3.30203Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Rambutan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30259
<p>Teknik budidaya hidroponik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman tomat. Kegiatan magang di PT Amazing Farm dilakukan bulan Maret hingga Juli 2018. Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan dalam aspek teknis dan aspek manajerial dalam budidaya sayuran, khususnya tanaman tomat. Tujuan khusus dari magang ini adalah untuk menentukan laju pertumbuhan dua varietas tomat berbeda yang ditanam di rumah kaca yang sama. Metode langsung diterapkan untuk mendapatkan data yang terkait dengan aspek teknis dan manajemen. Aspek teknis terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan penanaman dan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Untuk mempelajari aspek manajerial, penulis telah aktif terlibat sebagai karyawan harian lepas, asisten mandor, dan pengawas. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data pendukung dari perusahaan seperti informasi umum perusahaan, arsip taman dan studi literatur. Secara umum, PT Agrikultura Amazing Farm telah menerapkan praktik pertanian yang baik. Uji coba melibatkan dua varietas yaitu varietas umagna dan levanso. Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan dan unit pengamatan terdiri dari 5 sampel tanaman. Praktek budidaya yang diberikan terdiri dari penyiraman tanaman sebanyak 5 kali setiap hari dengan dosis setiap penyiraman pada 1 - 2 MST dengan larutan nutrisi 100 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 3 - 4 MST dengan 150 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 5 -7 MST dengan 200 ml AB mix dan kadar EC2,2 ms / cm, dan pada 8-24 MST dengan 300 ml AB mix dengan kadar EC 2,2 ms / cm. Hasil menunjukkan bahwa teknik budidaya tunggal dapat diterapkan untuk dua varietas yang berbeda dan menghasilkan hasil yang sama baiknya.</p>. FackrurroziAhmad JunaediDeden Derajat Matra
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017331932810.29244/agrob.v7i3.30259Respon Tanaman Tomat Varietas Umagna dan Levanso Terhadap Teknik Budidaya dengan Sistem Hidroponik Substrat di Bandung
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30260
<p>Teknik budidaya hidroponik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman tomat. Kegiatan di PT Amazing Farm dilakukan bulan Maret hingga Juli 2018. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan dalam aspek teknis dan aspek manajerial dalam budidaya sayuran, khususnya tanaman tomat. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menentukan laju pertumbuhan dua varietas tomat berbeda yang ditanam di rumah kaca yang sama. Metode langsung diterapkan untuk mendapatkan data yang terkait dengan aspek teknis dan manajemen. Aspek teknis terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan penanaman dan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen. Untuk mempelajari aspek manajerial, penulis telah aktif terlibat sebagai karyawan harian lepas, asisten mandor, dan pengawas. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data pendukung dari perusahaan seperti informasi umum perusahaan, arsip taman dan studi literatur. Secara umum, PT Agrikultura Amazing Farm telah menerapkan praktik pertanian yang baik. Uji coba melibatkan dua varietas yaitu varietas umagna dan levanso. Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan dan unit pengamatan terdiri dari 5 sampel tanaman. Praktek budidaya yang diberikan terdiri dari penyiraman tanaman sebanyak 5 kali setiap hari dengan dosis setiap penyiraman pada 1 - 2 MST dengan larutan nutrisi 100 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 3 - 4 MST dengan 150 ml AB mix dan kadar EC 2 ms / cm, pada 5 -7 MST dengan 200 ml AB mix dan kadar EC2,2 ms / cm, dan pada 8-24 MST dengan 300 ml AB mix dengan kadar EC 2,2 ms / cm. Hasil menunjukkan bahwa teknik budidaya tunggal dapat diterapkan untuk dua varietas yang berbeda dan menghasilkan hasil yang sama baiknya.</p>Frederico TunggalAsep SetiawanMegayani Sri Rahayu
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2020-09-012020-09-017332933510.29244/agrob.v7i3.30260Mutu Petik Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Kebun Bedakah, Wonosobo, Jawa Tengah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30261
<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu petik tanaman teh yang dilaksanakan di kebun. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Januari sampai Juni 2018 di Kebun Bedakah, Wonosobo, Jawa Tengah. Pengamatan terhadap objek kegiatan kebun juga harus dilakukan terutama pada aspek pemetikan dan produksi. Analisis petik pada bulan Mei 2018 dengan komposisi pucuk medium sebesar 23.83% belum memenuhi standar yang ditetapkan yaitu 50%. Analisis pucuk pada bulan April sudah memenuhi syarat pengolahan dilihat dari rata-rata yaitu 51.44%. Analisis pucuk pada bulan Januari-April 2018 dengan rata-rata sebesar 48.78% pucuk memenuhi syarat pengolahan (MS) belum memenuhi standar yaitu 50%.</p>Synthia Dewi. Purwono
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017333734210.29244/agrob.v7i3.30261Pengelolaan Panen dan Pascapanen Kopi Arabika (Coffea arabica L.) di Kebun Kalisat Jampit, Bondowoso, Jawa Timur
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30471
<p>Tujuan penelitan ini yaitu menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam<br>kegiatan panen dan pascapanen kopi Arabika serta mencari solusinya. Kegiatan panen dilaksanakan di<br>Kebun Kalisat Jampit, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur selama 4 bulan mulai Februari hingga Juni 2018.<br>Persiapan panen di Kebun Kalisat Jampit terdiri atas kegiatan taksasi buah kopi dan persiapan sarana panen.<br>Kegiatan taksasi buah kopi dilakukan tiga kali, yaitu oleh afdeling, kebun, dan tim kantor direksi. Sarana<br>panen terdiri atas persiapan areal panen, persiapan alat dan bahan, dan persiapan tenaga kerja. Areal kebun di<br>masing-masing afdeling dibagi menjadi 12 blok petik (panen). Setiap rotasi panen di Kebun Kalisat Jampit<br>selang 8-12 hari. Luas panen ditentukan oleh kondisi areal panen dan kondisi tanaman. Jumlah tenaga kerja<br>yang dibutuhkan pada kegiatan pemanenan dihitung berdasarkan jumlah buah kopi yang akan dipanen dibagi<br>rata-rata kemampuan pemetik memanen dan jumlah hari panen. Kegiatan pemanenan di Kebun Kalisat<br>Jampit terdiri atas pemetikan buah kopi matang, sortasi buah, dan penimbangan buah. Hasil pengamatan<br>menunjukkan bahwa kehilangan hasil panen sebagian besar disebabkan buah yang jatuh di piringan,<br>jumlahnya mencapai 73% dari jumlah kehilangan hasil. Prestasi pemetik berdasarkan usia menunjukkan<br>bahwa prestasi pemetik berusia 41-60 tahun rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan usia 20-40 tahun.<br>Sementara itu, prestasi tenaga pemetik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa tenaga pemetik<br>perempuan prestasinya sama dengan tenaga pemetik laki-laki. Kegiatan pengolahan kopi dibagi menjadi dua<br>cara, pengolahan kopi secara basah (wet process/WP) dan pengolahan kopi secara kering (dry process/DP).</p>Yunna Ega Ash YokawatiAde Wachjar
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017334335010.29244/agrob.v7i3.30471Tata Kelola Panen dan Pengangkutan Menentukan Hasil Tandan Kelapa Sawit di Kebun Adolina, Sumatera Utara
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30472
<p>Pemanenan perlu dilakukan dengan baik untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan<br>kadar asam lemak bebas yang rendah. Pengamatan terhadap manajemen panen dilaksanakan di Kebun<br>Adolina, Sumatera Utara pada tanggal 5 Februari 2018 sampai 30 Juni 2018terdiri organisasi panen,<br>perencanaan panen, pelaksanaan panen, pengawasan dan evaluasi panen. Secara khusus efisensi<br>pengangkutan diamati dengan membandingkan teknis dan waktu muat buah pada hanca. Hasil pengamatan<br>terkait manajemen panen seperti rotasi panen, estimasi dan realisasi dari angka kerapatan panen, jumlah<br>tenaga kerja, kriteria matang panen mengalami deviasi dari standar prosedur operasional (SPO) perusahaan.<br>Hal ini dilakukan untuk mencapai target produksi bulanan saat kerapatan buah menurun akibat pencurian. Di<br>kebun tidak ditemukan adanya losses berupa buah matang tidak dipanen setelah ada perubahan sistem hanca.<br>Selain itu terdapat perbedaan tingkat kepatuhan pemanen pada tanaman yang menggunakan sistem tanam<br>standar dan big hole. Hasil pengamatan terkait efisiensi pengangkutan menunjukkan adanya perbedaan teknis<br>dan waktu yang nyata antara cara pengangkutan menggunakan jembatan atau tidak.</p>Imam Fauzi Fauzi TanjungEdi Santosa
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017335136110.29244/agrob.v7i3.30472Pengaruh Metode Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Varietas IPB 9G
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30473
<p>Padi gogo merupakan budi daya padi di lahan kering. Padi gogo memiliki produktivitas yang masih<br>rendah. Perlakuan metode pemupukan kalium dilakukan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan<br>produktivitas padi gogo varietas IPB 9G. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari November<br>2017 hingga April 2018 di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru Lahan Kering. Rancangan perlakuan yang<br>digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu metode<br>pemupukan kalium yang terdiri dari 4 taraf yaitu P1 (KCl 100 kg ha-1), P2 (KCl 50 kg ha-1 + KCl 50 kg ha-1),<br>P3 (KCl 50 kg ha-1 + 3 x KNO3 22 kg ha-1), dan P4 (KCl 50 kg ha-1 + 2 x K-Builder 600 ml ha-1) dengan 3<br>kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan kalium berpengaruh nyata terhadap<br>peubah pertumbuhan yaitu tinggi tanaman pada 4 MST, jumlah anakan pada 11 dan 12 MST, skor Bagan<br>Warna Daun (BWD) pada 5 MST, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, jumlah anakan tidak<br>produktif, dan tinggi tanaman panen serta berpengaruh nyata pada komponen hasil panen yaitu panjang<br>malai, bobot gabah ubinan, produktivitas GKP, dan produktivitas GKG. Pemupukan kalium taraf P1, P3, dan<br>P4 mampu meningkatkan bobot gabah ubinan, produktivitas GKP, dan produktivitas GKG.</p>Rika RiyaniHeni Purnamawati
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017336337410.29244/agrob.v7i3.30473Penambahan Berbagai Jenis Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Produktivitas dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max.L.)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/30474
<p>Penelitian ini bertujuan mendapatkan jenis pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas dan mutu<br>benih tanaman kedelai (Glycine max L.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut<br>Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada bulan Desember 2017-April 2018. Jenis tanah Kebun Percobaan<br>Leuwikopo yaitu latosol. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah faktorial satu faktor dalam rancangan<br>lingkungan kelompok lengkap teracak dengan empat ulangan. Faktor yang diamati adalah jenis pupuk yang<br>terdiri atas enam taraf yaitu perlakuan P0 (tanpa pupuk anorganik dan pupuk organik), P1 (Pupuk<br>anorganik), P2 (Abu sekam bakar), P3 (Bio organik), P4 (Pupuk organik cair) dan P5 (Plant growth<br>Promoting Rhizobacteria (PGPR)). Pengujian mutu benih hasil produksi dilaksanakan di Laboratorium<br>Pengujian dan Penyimpanan Benih pada bulan April 2018. Pengujian tersebut terdiri atas pengujian daya<br>berkecambah, indeks vigor benih, potensi tumbuh maksimum, berat kering kecambah normal dan bobot 100<br>butir benih. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh terhadap<br>komponen pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, dan jumlah daun<br>terkecuali daya tumbuh dan jumlah bintil akar. Perlakuan pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap<br>produksi kedelai dan bobot 100 butir benih tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong per<br>tanaman, jumlah polong isi, bobot polong isi, bobot biji tanpa polong, jumlah butir per tanaman, jumlah<br>cabang produktif, dan bobot akar. Perlakuan pupuk tidak memberikan pengaruh nyata pada komponen<br>pengujian mutu benih yakni variabel daya berkecambah, indeks vigor, potensi tumbuh maksimum dan bobot<br>kering kecambah normal. Penambahan pupuk organik yang menghasilkan produksi terbaik yaitu perlakuan<br>PGPR dengan dosis 10 g kg-1 benih. Semua perlakuan pupuk organik tidak berpengaruh terhadap mutu<br>fisiologis benih.</p>. RifkaMemen SurahmanSuryo Wiyono
Copyright (c) 2020
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2019-09-012019-09-017337538510.29244/agrob.v7i3.30474