Buletin Agrohorti
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron
<p style="color: #660000; text-align: justify;"><input style="float: left; margin-left: 10px; margin-right: 10px;" alt="" src="/public/site/images/adminbulagron/Small_COVER_BARU_border_shadow.jpg" type="image"></p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is a non-accredited national journal. Publish three times a year in January, May and September and containing 16 articles. Starting in 2018 (Volume 6), the article published was added to 16 articles per edition.</p> <p style="color: #660000; text-align: justify;">The Agrohorti Bulletin is limited and can be obtained by contacting the executive editor via email: buletinagrohorti@apps.ipb.ac.id by replacing the printing costs of Rp. 150,000 excluding shipping costs.</p>Departemen Agronomi dan Hortikulturaen-USBuletin Agrohorti2337-3407Cover dan Daftar Isi
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47203
<p>Cover dan Daftar Isi Buletin Agrohorti Volume 11 No. 2</p>Tim Admin Bulagron
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011210.29244/agrob.v11i2.47203Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Bawah Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46807
<p>Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting yang dapat diolah menjadi tahu, tempe, susu kedelai, dan kecap. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan pemberian air yang cukup bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengaruh mulsa plastik bawah yang dipasang dibawah permukaan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi empat varietas kedelai. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru dari bulan Januari hingga Mei 2021. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Petak utama yaitu perlakuan mulsa plastik bawah tanah dan tanpa mulsa plastik bawah tanah dan anak petak yaitu kedelai varietas Detam-1, Gepak Kuning, Grobogan, dan Anjasmoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mulsa plastik bawah tanah dapat meningkatkan kelembapan tanah, tinggi tanaman, jumlah daun <em>trifoliate</em>, jumlah cabang, dan indeks luas daun. Gepak Kuning merupakan varietas yang menghasilkan jumlah polong, jumlah polong isi, jumlah biji, jumlah biji per polong, dan produksi riil (3,43 ton ha<sup>-1</sup>) yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya yaitu 2.53; 2.74; 2.58 ton ha<sup>-1</sup> masing-masing untuk Detam-1, Grobogan and Anjasmoro. Detam-1 memiliki jumlah polong hampa, persen polong hampa, bobot basah polong hampa, dan evapotranspirasi yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Anjasmoro dan Gepak Kuning memiliki nilai efisiensi pemakaian air yang lebih tinggi dibandingkan dua varietas lain. Tidak ada pengaruh pemberian mulsa terhadap produktivitas kedelai yang dicoba. Pemberian mulsa di bawah tanah hanya memperbaiki pertumbuhan vegetaif tanaman saja.</p> <p>Kata kunci: gepak kuning, indeks luas daun, kelembapan</p>AjmilatunnisaEko SulistyonoYudiwanti Wahyu Endro Kusumo
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011215416410.29244/agrob.v11i2.46807Pengaruh Perbedaan Waktu Pelilinan Setelah Proses Degreening Buah Jeruk Keprok Garut (Citrus reticulata L.) terhadap Perubahan Warna dan Umur Simpan Buah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47138
<p><em>Degreening </em>merupakan perlakuan degradasi pigmen klorofil atau zat hijau daun. Kandungan pigmen klorofil yang tinggi dan perombakan klorofil yang berjalan lambat menyebabkan warna kulit jeruk tetap hijau. Buah dengan perlakuan <em>degreening</em> akan mengalami kerusakan pada pigmen klorofil sehingga warna yang akan dihasilkan adalah warna kuning atau jingga. <em>Degreening</em> juga dapat memperbaiki warna buah jeruk dari hijau menjadi berwarna jingga yang seragam. Penelitian ini bertujuan mencari waktu pelilinan yang tepat setelah proses <em>degreening</em> jeruk keprok garut (<em>Citrus reticulata</em> L.) terhadap perubahan warna dan umur simpan buah yang didekati dari beberapa peubah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor pada bulan Maret-April 2019. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 1 faktor, yaitu perlakuan perbedaan waktu pelilinan setelah proses <em>degreening</em>. Waktu pelilinan yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 3 hari setelah <em>degreening</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan 0, 2, dan 3 hari setelah <em>degreening </em>dapat membentuk warna jingga pada buah jeruk keprok garut pada 24 HSP. Susut Bobot tertinggi hingga pengamatan hari terakhir yaitu pada perlakuan pelilinan 3 hari setelah <em>degreening</em> dengan nilai susut bobot sebesar 12.1%, sedangkan untuk perlakuan lainnya nilai susut bobot rata-rata sebesar 10%.</p> <p>Kata kunci: ethepon, klorofil, lilin lebah, susut bobot<em>,</em> vitamin C</p>Ni Made Wasundhari Dharma SuarkaDarda EfendiDeden Derajat Matra
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011216517410.29244/agrob.v11i2.47138Keragaman Karakter Agronomi Populasi M2 Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47125
<p>Induksi mutasi fisik dengan iradiasi sinar gama merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan keragaman genetik sehingga mendukung proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi keragaman karakter agronomi dan seleksi populasi kacang hijau M2 VR10. Pengujian populasi M2 VR10 hasil iradiasi sinar gama 880 Gy dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB pada Februari hingga Juni 2018. Sebanyak 480 tanaman M2 dan 120 tanaman M0 (VR10) sebagai kontrol ditanam bersamaan. Populasi M2 VR10 menunjukkan keragaman karakter warna hipokotil, pertumbuhan daun pertama, keberadaan warna antosianin serta trikoma pada batang dan tangkai daun, bentuk biji, warna biji, dan kekilapan biji. Keragaman genetik berdasarkan nilai heritabilitas tergolong tinggi (50.7-93.0%), teridentifikasi pada karakter tinggi tanaman (saat berbunga, panen pertama, panen terakhir), umur berbunga, umur panen (panen pertama, panen terakhir), periode panen, bobot polong total, jumlah biji per polong, jumlah polong total, dan panjang polong. Seleksi karakter periode panen berdasarkan frekuensi seleksi 10% menghasilkan 46 genotipe M2-VR10 dengan periode panen 13-31 hari dan memberikan diferensial seleksi -2.99.</p> <p>Kata kunci: frekuensi seleksi, heritabilitas, M0, periode panen, seleksi diferensial </p>Devi TaniaSiti MarwiyahSurjono Hadi Sutjahjo
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011217518410.29244/agrob.v11i2.47125Aspek Hortikultura dan Usaha Tani Budidaya Tanaman Hias Asteraceae dan Violaceae di Cianjur, Jawa Barat
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46845
<p>Produk tanaman hias dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu tanaman hias hamparan, tanaman hias gantung, dan tanaman hias pot. Marigold (<em>Tagetes erecta</em> L.), Pansy (<em>Viola tricolor</em> L.), dan Viola (<em>Viola odorata</em> L.) merupakan jenis tanaman hias hamparan. Tanaman hias hamparan umumnya merupakan tanaman semusim yang ditanam di hamparan tanah atau menggunakan polybag. Tanaman hias hamparan paling umum diperuntukkan sebagai tanaman lanskap atau tanaman dekorasi. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aspek hortikultura dan kelayakan ekonomi usaha tanaman hias Asteraceae dan Violaceae. Penelitian dilaksanakan di Cianjur, Jawa Barat dari Januari hingga April 2020. Percobaan dilakukan secara pararel pada komoditas Marigold, Pansy dan Viola. Pada komoditas Marigold percobaan disusun menggunakan uji-t berpasangan terhadap varietas dalam spesies yang sama. Pada percobaan kedua percobaan disusun menggunakan uji-t berpasangan membandingkan spesies yang berbeda pada genus yang sama yaitu Pansy dan Viola. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah kuntum bunga dalam satu tanaman, diameter bunga dan analisis usaha tani. Kriteria panen hasil pengamatan menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria perusahaan maupun literatur, kecuali untuk tinggi tanaman marigold kuning yang sedikit di bawah standar perusahaan. Nilai R/C rasio pada marigold, pansy, dan viola yaitu 1.65 dan 2.47. Hasil analisis usahatani pada seluruh komoditas memiliki nilai R/C rasio >1 yang menunjukkan bahwa usaha layak dijalankan dan bersifat menguntungkan.</p> <p>Kata kunci: kriteria panen, marigold, pansy, viola</p>Annisa FadilaJuang Gema KartikaDidy Sopandie
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011218519210.29244/agrob.v11i2.46845Evaluasi Teknis dan Manajerial Kegiatan Pemupukan Kelapa Sawit di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47135
<p>Aktivitas pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan upaya yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas yang optimal. Salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas yaitu dengan pemupukan. Pemupukan merupakan proses penambahan unsur hara dan perbaikan struktur tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang. Pemupukan harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan dan tepat waktu pemberiannya. Penelitian bertujuan mengevaluasi kegiatan pemupukan tanaman kelapa sawit berdasarkan efektivitas pemupukan. Kegiatan dilaksanakan pada Februari hingga Mei 2019 di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan penelitian yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Percobaan disusun menggunakan uji t berpasangan terhadap pemupukan berbagai jenis pupuk yang berbeda pada kelapa sawit. Pengamatan dilakukan terhadap keefektifitasan pemupukan meliputi kaidah 6T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat tempat, dan tepat alat), prestasi kerja dan gejala defisiensi unsur hara. Hasil pengamatan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara secara visual menunjukkan tanaman kelapa sawit masih mengalami kekurangan unsur Magnesium (Mg), Kalium (K), Boron (B), dan Nitrogen (N).</p> <p>Kata kunci: defisiensi, efektivitas, rekomendasi, unsur hara</p>Sari MahyendraHariyadiAwang Maharijaya
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011219320310.29244/agrob.v11i2.47135Respon Pertumbuhan Cabai Hias (Capsicum annuum L.) dalam Pot terhadap Komposisi Pupuk AB Mix
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47137
<p>Tanaman cabai dapat dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam pot karena keragaan tanaman yang tidak terlalu tinggi, memiliki buah yang berwarna-warni, dan tampilannya menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa komposisi pupuk AB<em> mix</em> terhadap penampilan genotipe cabai hias Viola, Adelina, dan Ayesha sebagai tanaman hias dalam pot. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Dramaga Bogor pada bulan Agustus sampai November 2019. Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan petak terbagi (<em>split plot</em> RKLT). Petak utama adalah pemupukan: P1 (AB <em>mix</em> cabai hara tinggi), P2 (AB <em>mix</em> cabai hara rendah), dan P3 (AB <em>mix</em> general). Anak petak adalah: G1 (Viola), G2 (Adelina), dan G3 (Ayesha). Peningkatan pertumbuhan dan keragaan cabai hias genotipe Viola, Adelina, dan Ayesha dapat dilakukan dengan pemberian pupuk AB <em>Mix</em> cabai baik yang memiliki kandungan hara tinggi maupun rendah dan AB <em>mix</em> general. Genotipe Viola dan Ayesha memiliki keragaan terbaik pada 10 MST dengan pemberian pupuk AB<em> mix</em> general. Tanaman cabai hias genotipe Adelina memiliki keragaan terbaik pada 10 MST dengan pemberian pupuk AB <em>mix</em> cabai hara tinggi.</p> <p>Kata kunci: AB <em>mix</em>, keragaan, komposisi pupuk, proporsi tanaman, tanaman hias </p>Nadiyah Mawaddah AyuningtyasKetty SuketiMuhamad Syukur
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011220421310.29244/agrob.v11i2.47137Pemberian Berbagai Pestisida pada Kualitas Buah Abiu (Pouteria caimito Radlk.)
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/48179
<p>Abiu merupakan salah satu tanaman hasil introduksi dari Amazon yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Buah abiu memiliki cita rasa enak dan juga kaya akan manfaat kesehatan. Salah satu permasalahan yang umum ditemukan pada buah abiu yakni tingkat kemulusan buah yang rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh bahan aktif pestisida yang digunakan dengan periode aplikasi yang berbeda terhadap tingkat kemulusan buah abiu. Penelitian dilakukan di Kampung Babakan Lebak, Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat dan Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split-plot) RKLT dengan 5 ulangan. Faktor petak utama yaitu periode aplikasi yang berbeda, yaitu: 1,2,3 minggu setelah antesis (MSA) (V1); 1,3,6 MSA (V2); dan 1,4,7 MSA (V3). Faktor anak petak yaitu bahan aktif pestisida yaitu: mankozeb 80 WP dan streptomisinsulfat 20 WP (P1); propinep 70 WP (P2); profenofos 500 EC (P3); dan kontrol (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan aktif pestisida memberikan pengaruh yang nyata terhadap variable kemulusan buah abiu. Aplikasi pestisida pada periode berbeda dan interaksinya dengan perlakuan bahan aktif pestisida tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kemulusan buah abiu. Perlakuan terbaik yaitu pemberian bahan aktif mankozeb dan streptomisinsulfat yang dapat mempertahankan kemulusan buah abiu sebesar 77.31%.</p> <p>Kata kunci: abiu, bahan aktif, kemulusan buah, mutu buah, periode aplikasi</p>Fidya NovitaSlamet SusantoWilly Bayuardi Suwarno
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011221422210.29244/agrob.v11i2.48179Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanah Gambus, Sumatera Utara
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47239
<p>Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan dari sektor non-migas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Pemanen adalah salah satu kegiatan penting dalam budidaya kelapa sawit sehingga harus dikelola dengan baik. Penelitian bertujuan mengevaluasi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan panen. Penelitian dilaksanakan di Kebun Tanah Gambus, Sumatera Utara, pada tanggal Februari hingga Mei 2019. Percobaan disusun menggunakan uji t berpasangan terhadap taksasi panen, kebutuhan tenaga kerja dan mutu buah kelapa sawit. Kegiatan panen di Kebun Tanah Gambus sudah berjalan dengan baik, terlihat dari angka kerapatan panen yang sudah memenuhi kriteria varian dibawah 5% dilihat dari selisih AKP taksasi dan AKP realisasi. Kelengkapan alat panen dan alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh pemanen sudah baik, tetapi untuk penggunaan kaca mata perlu ditingkatkan lagi. Mutu buah yang dipanen masih dibawah standar perusahaan sebesar 96.85% dari 98%. Rotasi panen masih panjang yaitu 11 hari yang seharusnya 7 hari. Realisasi jumlah tenaga panen 9 orang yang lebih sedikit daripada yang direncanakan yaitu 18 orang. Selisih realisasi tenaga panen masih dapat ditutupi dengan <em>output</em> tinggi yang dihasilkan masing-masing pemanen. Muatan pengangkutan buah 7.4 ton yang masih melebihi kapasitas angkut 6.5 ton perlu diperhatikan karena dapat merusak alat dan memperburuk kondisi jalan. Kehilangan hasil yang ditemukan berupa berondolan tidak dikutip dan masih adanya pencurian buah.</p> <p>Kata kunci: kehilangan hasil, kelapa sawit, mutu buah, pemanenan</p>Aziz Ahmad Ja’farSupijatnoMochamad Hasjim Bintoro Djoefrie
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011222323210.29244/agrob.v11i2.47239Efektivitas Waktu Pemberian Bioherbisida Ekstrak Tetracera indica (L.) Merr. pada Pengendalian Gulma Pertanaman Brokoli
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47136
<p>Brokoli (<em>Brassica oleracea </em>L.) adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam famili kubis-kubisan. Kebutuhan brokoli di Indonesia semakin meningkat setiap tahun tetapi, mutu brokoli harus ditingkatkan dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia khususnya pada pengendalian gulma. <em>Tetracera indica </em>(L.) Merr. berpotensi sebagai bioherbisida karena mengandung zat alelopati. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh waktu pemberian ekstrak <em>Tetracera indica </em>(L.) Merr. terhadap efektivitas pengendalian gulma pada tanaman brokoli. Penelitian dilaksanakan di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mulai Januari-April 2019. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal. Faktor perlakuan adalah waktu aplikasi ekstrak <em>T. Indica </em>(0, 1, 2, 3 MST) disertai kontrol dan penyiangan manual. Setiap bedengan disemprot dengan dosis 100 kg ha<sup>-1 </sup>hingga volume semprot 400 L ha<sup>-1</sup>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak <em>Tetracera indica</em> berpotensi sebagai bioherbisida pada fase pascatumbuh (<em>post-emergence</em>) gulma tanaman brokoli. Waktu aplikasi 3 MST mampu menekan pertumbuhan gulma dan tidak berpengaruh terhadap brokoli.</p> <p>Kata kunci: alelopati, bobot gulma, brokoli, waktu aplikasi </p>Fahrul Rozy PohanDwi GuntoroMuhamad Achmad Chozin
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011223323910.29244/agrob.v11i2.47136Manajemen Pemanenan Terong (Solanum melongena L.) di Rumah Kaca Kebun Steenbergen, Belanda
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46844
<p>Produktivitas terong di daerah subtropis terkhusus Belanda mencapai 400 ton ha<sup>-1</sup> sedangkan produktivitas terong di dunia hanya mencapai angka 28 ton ha<sup>-1</sup>. Produktivitas tinggi pertanaman terong di Belanda didapatkan melalui budidaya terong di dalam rumah kaca. Kegiatan penelitian di Kebun Steenbergen, Belanda bertujuan mempelajari manajemen pemanenan terong di rumah kaca untuk mengurangi kehilangan hasil panen (<em>losses</em>). Kegiatan dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2018 di rumah kaca kebun Steenbergen, Belanda. Percobaan disusun menggunakan uji <em>t-student</em> dengan membandingkan terong yang di tanam pada rumah kaca dengan ketinggian yang berbeda. Manajemen pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan meliputi perencanaan panen, proses panen, hingga pascapanen sangat baik. Perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar dengan persentase produksi terong kelas 1 yang mencapai 98.3% dengan menekan produksi panen terong kelas 2 (<em>losses)</em> yang tidak lebih dari 2%.</p> <p>Kata kunci: kehilangan panen, perencanaan panen, proses pemanenan</p>Dwi Mei Setiawansofyan zamanJuang Gema Kartika
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011224024810.29244/agrob.v11i2.46844Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.). O. Kuntze) di Wonosobo, Jawa Tengah
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47161
<p>Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber devisa dari kegiatan ekspor. Pemetikan merupakan kegiatan pemanenan hasil dari tanaman teh yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pucuk. Penelitian bertujuan mempelajari dan menganalisis pengelolaan pemetikan tanaman teh yang dilakukan pekerja dibanding standar yang dimiliki perusahaan. Penelitian dilaksanakan di Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Januari – Maret 2020. Percobaan disusun menggunakan uji t berpasangan dengan membandingkan umur tanaman terhadap mutu hasil petik tanaman teh. Hasil pengamatan menunjukan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tinggi jendangan, gilir petik, analisis pucuk, dan kapasitas pemetik telah memenuhi standar yang ditetapkan. Hasil analisis petik menunjukan perlu adanya peningkatan dalam teknik pemetikan di lapangan agar kualitas pucuk memenuhi standar yang ditetapkan. Kapasitas pemetik tidak dipengaruhi oleh usia dan lama kerja pemetik.</p> <p>Kata kunci: daun pemeliharaan, gilir petik, kapasitas pemetik</p>Sarah Najma SalimahAhmad JunaediSudradjat
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011224925910.29244/agrob.v11i2.47161Uji Cepat Vigor Benih Tomat (Solanum lycopersicum L.) dengan Metode Radicle Emergence
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47140
<p>Salah satu kendala produsen benih saat ini yaitu penetapan uji vigor dalam pengujian mutu benih yang lama dan sulit. Vigor benih merupakan salah satu mutu fisiologis benih yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan besarnya mutu benih. Salah satu metode uji vigor benih yang telah divalidasi ISTA yaitu uji <em>radicle emergence</em> (RE) pada benih jagung. Penelitian bertujuan untuk menentukan waktu pengamatan RE yang tepat pada pengujian vigor benih tomat (<em>Solanum lycopersicum</em> L.) dan mengkorelasikannya dengan tolok ukur mutu fisiologis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB pada bulan Februari sampai April 2018. Penelitian menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor dengan sembilan taraf varietas, yaitu Intan1, Intan 2, Intan 3, Pucung, Viona, Latanza, Palupi, Karina, Yasmin F1. Hasil penelitian menunjukkan pengamatan RE benih tomat dilakukan setelah benih dikecambahkan 114 jam pada suhu 25±1 °C. Hasil uji RE berkorelasi positif dengan beberapa tolok ukur mutu fisiologis yang diamati (indeks vigor, daya berkecambah, kecepatan tumbuh, berat kering kecambah normal, dan daya tumbuh).</p> <p>Kata kunci: daya berkecambah, daya tumbuh, indeks vigor, kecepatan tumbuh</p>Witri NurwiatiCandra Budiman
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011226026510.29244/agrob.v11i2.47140Pengaruh Bahan Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Frekuensi Pemberiannya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47162
<p>Kedelai (<em>Glycine max</em> L. Meriil) adalah salah satu komoditas utama dari jenis kacang-kacangan di Indonesia karena merupakan sumber protein nabati penting. Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis MOL (microorganisme lokal) dan frekuensi penyiraman MOL yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan kacang kedelai (<em>Glycine max </em>L<em>. </em>Meriil<em>.</em>). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan faktor pertama: jenis MOL (M) yaitu MOL bonggol pisang (M<sub>1</sub>) dan MOL rebung bambu (M<sub>2</sub>). Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman MOL (F) yaitu 1 minggu sekali (F1), 2 minggu sekali (F2), 3 minggu sekali (F3) dan tambah kontrol. Setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 21 perlakuan percobaan. Hasil sidik ragam Anova menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan jenis MOL bonggol pisang dengan frekuensi penyiraman 2 kali pada parameter pengamatan diameter batang dan berat segar brangkasan. MOL bonggol pisang dan frekuensi penyiraman 3 kali seminggu memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman. MOL bonggol pisang juga meningkatkan meningkatkan, jumlah daun, berat kering brangkasan, jumlah biji per tanaman, jumlah biji per polong, berat kering biji per pertanaman, berat kering biji per petak, berat 100 biji dan indeks panen.</p> <p>Kata kunci: bobot biji, bonggol pisang, indeks panen, rebung bambu</p>Karlus KiikAndreas KefiAloysius Rusae
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011226627610.29244/agrob.v11i2.47162Pengaruh Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan dan Komponen Hasil Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Varietas Bima Brebes
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46936
<p>Bawang merah (<em>Allium cepa </em>var. <em>aggregatum</em>) banyak dibudidayakan petani di Indonesia karena memiliki pemanfaatan yang cukup meluas. Penggunaan ZPT merupakan faktor pendukung yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas bawang merah. Salah satu ZPT tersebut ialah giberelin atau GA3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh GA3 pada bawang merah varietas Bima Brebes, dan mendapatkan dosis optimum sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2020 di Kabupaten Brebes. Penelitian dilakukan dengan cara <em>foliar spray </em>GA3 dengan 0–2,5 dosis dalam volume semprot 400 L air pada tanaman bawang merah varietas Bima Brebes. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor tunggal 4 ulangan, terdiri dari 6 perlakuan dosis masing-masing yakni 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 dosis GA3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 0,5–2,0 dosis GA3 secara nyata berhasil meningkatkan tinggi tanaman, bobot 10 umbi, bobot kering per tanaman dan bobot per petak yang memengaruhi dugaan hasil per hektar. Adapun dosis optimum dari hasil analisis regresi menunjukkan pada parameter tinggi tanaman 4–6 MST berturut- turut yakni 1,48; 1,65 dan 1,88 dosis GA3, sedangkan untuk bobot 10 umbi yakni 1,54 dosis GA3.</p> <p> </p> <p>Kata kunci: bawang merah, bibit umbi, Bima Brebes, <em>foliar spray</em>, GA3</p>Fahmi Muhammad CokrosudibyoDiny DinartiSyarifah Iis Aisyah
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011227728510.29244/agrob.v11i2.46936Induksi Mutasi Kromosom dengan Iradiasi Sinar Gamma Cobalt60 untuk Merakit Padi (Oryza sativa) Tahan Kekeringan Secara In Vitro
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/47142
<p>Banyak orang di dunia memilih nasi sebagai sumber karbohidrat utama selain jagung dan gandum. Meningkatnya jumlah penduduk membuat kebutuhan beras meningkat. Meningkatnya permintaan beras tidak diikuti oleh pasokan beras. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba mencari kultivar padi baru yang dapat ditanam di lahan kering. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tekanan osmotik yang masih dapat diterima oleh padi var. Sintanur, mempelajari nilai LD 50 (<em>lethal dose</em> 50) pada padi khususnya di Sintanur dan mempelajari interaksi antara iradiasi dengan tekanan osmotik. Dalam penelitian ini, padi var. Sintanur diiradiasi menggunakan sinar gamma Cobalt<sup>60</sup> dengan enam dosis 0 Gy, 100 Gy, 200 Gy, 300 Gy, 400 Gy, 500 Gy. Kemudian masing-masing benih hasil iradiasi ditanam pada empat jenis media yang mengandung Polyethylene glycol (PEG) dengan empat tingkat konsentrasi yaitu I0 (0 g L<sup>-1</sup> PEG), I1 <br>(116.538 g L<sup>-1</sup> PEG), I2 (174.6 g L<sup>-1</sup> PEG) dan I3 (219.547 g L<sup>-1</sup> PEG). Berdasarkan data yang dianalisis, konsentrasi PEG tertinggi untuk seleksi toleran kekeringan pada padi var. Sintanur adalah 174.674 g L<sup>-1</sup> PEG. Terdapat interaksi antara iradiasi dan medium PEG yang mempengaruhi tinggi tanaman dan perbanyakan tunas. LD 50 (<em>lethal dose</em> 50) dari padi var. Sintanur adalah 375 Gy.</p> <p>Kata kunci: LD 50, sintanur, polyethylene glycol</p>Indah Permata DewiNi Made Armini Wiendi
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011228629610.29244/agrob.v11i2.47142Pengaruh Cekaman Kering terhadap Respon Pertumbuhan Cabai Merah pada Fase Vegetatif
https://journal.ipb.ac.id/index.php/bulagron/article/view/46935
<p>Cekaman kering dapat menyebabkan berbagai macam perbedaan morfologi dan fisiologi meskipun tanaman berasal dari spesies dan varietas yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh mekanisme tanaman dalam beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan kering. Respon yang paling umum terjadi antara lain penurunan laju pertumbuhan dan jumlah stomata, yang menyebabkan penurunan angka produksi. Studi tentang pengaruh cekaman kering sering dilakukan saat atau setelah periode produksi untuk menentukan pengaruh cekaman pada produksi. Namun, penelitian ini berfokus pada pengaruh cekaman kering terhadap respon pertumbuhan pada vase vegetatif tanaman. Tanaman yang digunakan adalah empat varietas cabai merah, dua varietas merupakan varietas hibrida, dan dua berasal dari varietas bersari bebas (OPV). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh cekaman kering pada varietas cabai merah yang berbeda selama masa vegetatifnya. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Cabai merah hibrida. Gada dan Panex, serta cabai merah OPV, Anies dan Seloka, ditanam dengan perlakuan penyiraman konstan dan perlakuan kering. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dua kali, mulai usia 3 minggu setelah tanam (MST) hingga 7 dan 11 MST. Pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman secara umum terhambat pada kondisi tercekam kekeringan, kecuali pada bobot basah, akar dan bobot basah total yang justru bertambah pada kondisi cekaman kering. Terdapat interaksi antara bobot kering buah cabai dan perlakuan cekaman yang diberikan.</p> <p>Kata kunci: Anies IPB, <em>Capsicum annuum </em>L., Gada F1, Panex 100 F1, Seloka IPB, varietas hibrida, varietas bersari bebas</p>Rahmadani Primanindita AirlanggaSudarsonoShandra Amarillis
Copyright (c) 2023 Buletin Agrohorti
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0
2023-05-302023-05-3011229730610.29244/agrob.v11i2.46935