https://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/issue/feedPolicy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika2025-04-30T16:13:15+07:00Muh. Firmansyahmuh-fi@apps.ipb.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika</strong> (PB PKBT) is a peer-review journal that contains articles covering the results of policy research, policy analysis and opinions related to policy recommendations that are currently developing both nationally and internationally. <strong>PB PKBT</strong> (<a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2828-285X">ISSN 2828 – 285X</a>) is published <strong>four times every year</strong>, namely the periods <strong>March, June, September </strong>and<strong> December</strong>. This policy brief focuses on <strong>broad agro-maritime policy topics</strong>, which include the fields of <strong>agriculture, one health, fisheries and maritime affairs, animal husbandry, forestry and the environment, agro-maritime industry, tropical bio-science, natural resource and environmental economics, and the social sector, communication and community development</strong>. The articles published in this policy brief are articles that are presented concisely to bring science and policy together to support inclusive sustainable development and prosperous society. <strong>PB PKBT</strong> is published by the <strong>Directorate of Strategic Studies and Academic Reputation – IPB University</strong>.</p> <p> </p> <p><a href="https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/"><img src="/public/site/images/adminks/by.png" width="134" height="47"></a></p> <p>This license enables reusers to distribute, remix, adapt, and build upon the material in any medium or format, so long as attribution is given to the creator. The license allows for commercial use. CC BY includes the following elements:</p> <p><a href="https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/"><img src="https://mirrors.creativecommons.org/presskit/icons/by.xlarge.png" width="28" height="28"></a> BY: credit must be given to the creator.</p>https://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/60581Teknologi Genomik sebagai Pilar Utama Kebijakan Perkebunan Nasional2025-04-30T16:13:15+07:00Frendy Ahmad Afandifrendystp@gmail.com<p>Teknologi sangat berperan penting terhadap produktivitas faktor produksi suatu negara agar dapat terkonversi menjadi Produk Domestik Bruto (PDB). Efisiensi mekanisme pasar, inovasi, dan kreativitas juga membutuhkan sentuhan teknologi. Dengannya strategi pembangunan dapat dirubah dari berbasis sumberdaya alam menjadi berbasis industri berteknologi tinggi ataupun jasa sehingga terjadi transformasi ekonomi yang baik. Pemanfaatan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia dalam penentuan kebijakan prioritas (pembangunan hulu dan hilirisasi perkebunan). Adapun penggunaan teknologi dilakukan dengan pemanfaatan data genomik dalam pengembangan pembibitan komoditas perkebunan unggul. Rekomendasi kebijakan prioritas perkebunan adalah komoditas kelapa sawit, karet, dan gula. Kebijakan penguatan hulu disarankan untuk komoditas kelapa sawit, karet, dan kopi. Adapun untuk hilirisasi disarankan untuk komoditas karet, kopi, kelapa, cokelat, teh, dan tembakau. Pemanfaatan data genomik dalam pengembangan pembibitan dilakukan dengan tahapan mengetahui karakteristik kebutuhan komoditas yang disukai pasar, mengidentifikasi genom benih lokal yang mendekati karekteristik benih primadona, dan memperbanyak benih dengan pendekatan teknik kultur jaringan ataupun embrio somatik.</p>2025-02-24T11:01:08+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/60805Revitalisasi Kelembagaan menuju Transformasi Sistem Perbenihan Padi yang Berkelanjutan 2025-04-30T16:13:13+07:00Suprehatinsuprehatin@apps.ipb.ac.idAmalia Ulpahsuprehatin@apps.ipb.ac.idCatur Setiawansuprehatin@apps.ipb.ac.idTursina Andita Putrisuprehatin@apps.ipb.ac.idRizqi Imaduddin Hakimsuprehatin@apps.ipb.ac.idSyafira Aulia Rangganissuprehatin@apps.ipb.ac.id<p>Penggunaan benih padi berkualitas mendorong peningkatan produktivitas padi dan stabilitas pangan sehingga<br>dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional. Meskipun demikian, sistem perbenihan padi di Indonesia<br>masih menghadapi tantangan serius termasuk subsistem kelembagaan. Oleh karena itu penting dilakukan<br>revitalisasi kelembagaan dalam sistem perbenihan yang mencakup (1) reposisi kembali peran Kementerian<br>Pertanian dalam menjamin ketersediaan benih sumber, (2) penguatan balai benih tingkat provinsi dan<br>kabupaten, (3) penguatan balai pengawasan dan sertifikasi benih, (4) penguatan produsen benih termasuk<br>padi lokal, (5) transformasi BUMN perbenihan padi, (6) pengembangan sistem perbenihan berbasis<br>masyarakat, dan (7) digitalisasi data perbenihan. Tujuh rekomendasi revitalisasi kelembagaan perbenihan padi<br>tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi, distribusi, dan<br>pengawasan benih sehingga dapat mentransformasi sistem perbenihan padi yang berkelanjutan dan pada<br>akhirnya dapat berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan di Indonesia.</p>2025-03-03T11:19:12+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/60669Membangun Sinergi Desa-Kota: Strategi Kebijakan untuk Pengembangan Agribisnis Berkelanjutan2025-04-30T16:13:10+07:00Agit Kriswantriyonokriswantriyono@apps.ipb.ac.idDidik Suhardjitodidiks@apps.ipb.ac.idSumardjo Sumardjosumardjo@apps.ipb.ac.idSugeng Heri Susenoshsuseno@apps.ipb.ac.idDahri Tanjungir.da@apps.ipb.ac.idTjondro Tjondrodidiks@apps.ipb.ac.idYulia Puspadewi Wulandariyuliawulandari@apps.ipb.ac.idUlfah Mubarokahdidiks@apps.ipb.ac.id<p>Pengembangan agribisnis komoditi utama di wilayah pedesaan perlu difasilitasi dengan kebijakan yang kondusif yaitu, misalnya infrastruktur pendukung pemasaran seperti jaringan mobile. Secara on farm, para pelaku telah memiliki kapabilitas dalam menghasilkan produk komoditi, namun sering menghadapi kendala terkait dengan pemasaran. Oleh karena itu intervensi yang mengangkat bargaining position nya akan sangat membantu. Upaya meningkatkan keterkaitan desa-kota harus juga memiliki keterkaitan dengan peningkatan kesejahteraan para pelaku di desa. Berdasarkan penelitian ini action yang diarahkan pada peningkatan keterkaitan desa-kota selain meningkatkan keterkaitan desa-kota tersebut, juga meningkatkan pendapatan para pelaku di desa.</p>2025-03-17T11:59:57+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/60767Inovasi Sekolah dalam Membangun Karakter Generasi Muda2025-04-30T16:13:09+07:00Mudrikatul Jannah Djibumudrikaadjibu@apps.ipb.ac.idIndi Ayu Maretiamaretiaindi@apps.ipb.ac.idYulina Eva Rianyyriany@apps.ipb.ac.id<p>Pendidikan karakter merupakan kunci utama dalam membangun generasi muda yang berkualitas untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Meskipun upaya untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah sudah dirumuskan dan sudah mulai dijalankan, namun tantangan besar berupa keterbatasan sumber daya, waktu, dan pengelolaan teknologi yang belum optimal muncul sebagai hambatan. Sistem pendidikan karakter yang ada saat ini belum cukup efektif, karena kurangnya keseimbangan antara pembelajaran akademik dan karakter, serta masih minimnya pelatihan untuk guru terkait implementasi pendekatan pendidikan karakter yang relevan dan kontekstual. Sehingga, perlu adanya kebijakan yang berfokus pada pengembangan kurikulum yang lebih seimbang disertai peningkatan kapasitas guru dan pemanfaatan teknologi secara bijak. Selain itu, kolaborasi yang lebih kuat antara pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat juga sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pendidikan karakter secara holistik. Dengan perhatian dan intervensi yang tepat terkait masalah ini, Indonesia dapat mencetak generasi penerus yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.</p>2025-03-17T14:29:48+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/61275Sertifkasi Produk Pertanian untuk Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Pertanian Indonesia2025-04-30T16:13:06+07:00Ari Abdul Roufariabdrouf@gmail.com<p>Standar Nasional Indonesia (SNI) dibuat dengan tujuan untuk keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat<br>atau pelestarian fungsi lingkungan hidup. Data menunjukan bahwa dari 6.743 SNI yang berlaku di tahun 2010,<br>hanya sekitar 20% yang telah diterapkan oleh pelaku usaha. Rendahnya penerapan SNI oleh pelaku usaha<br>disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan sumber daya manusia dalam menerapkan Sistem<br>Manajemen Mutu (SMM), persaingan dengan produk sejenis tanpa label SNI memiliki harga lebih murah,<br>tingginya biaya pengujian dan/atau sertifikasi, rendahnya kepedulian konsumen terhadap produk berstandar<br>SNI, proses sertifikasi dipandang sulit, keterbatasan akses terhadap lembaga laboratorium atau sertifikasi<br>produk yang jauh dari lokasi usaha, kesulitan dalam mengkalibrasi peralatan laboratorium, dan kurangnya<br>sosialisasi sistem manajemen mutu. Sementara itu, SNI dibuat dengan tujuan antara lain untuk keselamatan,<br>keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hindup. Sertifikasi produk SNI akan<br>memberikan jaminan bahwa produk telah memenuhi standar tertentu. Guna meningkatkan penerapan<br>sertifikasi SNI maka beberapa kebijakan yang dapat direkomendasikan antara lain: 1) Meningkatkan kesadaran<br>produsen dan konsumen terkait penerapan sertifikasi produk, 2) Meningkatkan bantuan pemerintah dalam<br>program sertifikasi produk oleh produsen, khususnya untuk pendampingan pelaku usaha dalam menyiapkan<br>dokumen persyaratan sertifikasi dan pembiayaan, dan 3) Harmonisasi peraturan standar nasional dengan<br>meningkatkan Mutual Recognition Arrangements.</p>2025-03-18T11:22:17+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/61830Strategi Pembentukan Kemandirian Orang dengan Gangguan Jiwa2025-04-30T16:13:04+07:00Nur Islamiahnurislamiah@gmail.comMita Nur Fitrimitanurfitri2004@gmail.comNaurah Rahma Yumnanaurarahmaymn@gmail.comRafa Talitha Budiantorafa.litha92@gmail.comKaysa Kinanti Widyorinikaysa.kinan@gmail.comKhidir Tantawikhidirtantawi15@gmail.comNani Rohaenirohaeninani227@gmail.com<p>Mentalization Incubator adalah pembentukan kemandirian Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan<br>tujuan diantaranya, dapat beradaptasi dalam lingkungan sosial, memberdayakan ODGJ dan mitra melalui<br>program kemandirian ekonomi, serta mengedukasi masyarakat sehingga mampu mengurangi stigma negatif<br>terkait ODGJ di lingkungan sekitar. Metode yang diterapkan selama pelaksanaan program adalah metode<br>HEART. Penggunaan metode ini mencakup tiga bidang sisi berupa Humanist (kemanusiaan), Economy<br>(ekonomi), dan Art (seni). Program Mentalization Incubator membuahkan hasil akan peningkatan ODGJ dalam<br>sisi Humanist sebesar 31.1%, Art sebesar 25,7%, dan Economy sebesar 39%. Dengan diadakannya program ini,<br>terdapat pula peningkatan stigma sebesar 17,8% dari sisi masyarakat terhadap ODGJ. Rekomendasi utama<br>dalam pemberdayaan ODGJ mencakup peningkatan akses layanan kesehatan mental berbasis komunitas,<br>penguatan kampanye anti-stigma, serta pemberdayaan ekonomi melalui model bisnis inklusif dan pelatihan<br>keterampilan. Selain itu, integrasi program inkubasi sosial dan dukungan kebijakan berbasis Collaborative<br>Governance Model diperlukan untuk memastikan keberlanjutan program. Pendekatan ini bertujuan<br>menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, memperkuat kemandirian ODGJ, dan mengurangi stigma di<br>masyarakat.</p>2025-03-18T12:15:35+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/62016Peran Keuangan Syariah dalam Mitigasi Perubahan Iklim Global2025-04-30T16:13:01+07:00Mohammad iqbal Irfanyiqbal.irfany@apps.ipb.ac.idFiona Ramadhininonafionanona@gmail.com<p>Degradasi lingkungan tetap menjadi tantangan utama di negara-negara OKI. Studi ini menemukan bahwa aset<br>keuangan syariah berkontribusi pada pengurangan emisi CO₂ dengan mendukung investasi hijau, sementara<br>pembiayaan perbankan syariah masih terbatas dalam mendanai proyek rendah karbon. Di sisi lain,<br>pertumbuhan PDB meningkatkan emisi, meskipun FDI, urbanisasi, dan kawasan hutan berkontribusi dalam<br>penurunannya. Saat ini, kebijakan lingkungan di negara OKI masih terfragmentasi, dengan beberapa negara<br>mulai menerapkan regulasi sukuk hijau dan insentif pembiayaan hijau, seperti Malaysia dan Indonesia.<br>Namun, kesenjangan dalam standar regulasi, keterbatasan instrumen, serta kurangnya insentif bagi lembaga<br>keuangan syariah masih menghambat efektivitasnya. Keuangan syariah berpotensi mengisi celah ini dengan<br>memperkuat peran sukuk hijau, memperluas kebijakan insentif pajak, serta meningkatkan kapasitas lembaga<br>keuangan syariah dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.</p>2025-03-18T12:49:14+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/62099Adaptasi Petani Padi terhadap Dampak Perubahan Iklim di Indonesia 2025-04-30T16:12:59+07:00satriyowibowo wibowosatriyowibowo577@gmail.com<p>Produksi beras di Indonesia sangat bergantung terhadap kondisi iklim. Perubahan iklim global telah<br>mempengaruhi kondisi iklim di Indonesia seperti curah hujan, suhu udara, dan ketersediaan air yang<br>berdampak langsung terhadap fluktuasi hasil produksi. Sebagai contoh dalam beberapa studi, El nino dan La<br>nina yang melanda Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan penurunan jumlah produksi beras<br>hingga mencapai jutaan ton sehingga menyebabkan kerugian mencapai triliunan rupiah. Upaya mitigasi,<br>penyesuaian pola tanam dan pengaturan irigasi yang efisien menjadi kunci untuk menjaga ketahanan nasional<br>di tengah terjadinya perubahan iklim global. Policy brief ini akan menguraikan dan mengkaji permasalahan<br>mengenai dampak perubahan iklim terhadap produksi beras di Indonesia untuk menemukan solusi yang dapat<br>ditawarkan kepada pemerintah agar diterapkan melalui program kerja atau evaluasi kebijakan yang telah<br>dibuat.</p>2025-03-20T14:44:50+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/62297Responsivitas Gender Kebijakan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Bogor2025-04-30T16:12:57+07:00Dyah Retna Puspitadyahretna@apps.ipb.ac.id<p>Kesetaraan gender dalam penyuluhan pertanian adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas dan<br>kesejahteraan petani, termasuk di Kabupaten Bogor. Meskipun perempuan memegang peran penting dalam<br>sektor pertanian, mereka sering kali diabaikan dalam program penyuluhan, pelatihan, dan akses teknologi.<br>Kondisi ini antara lain disebabkan oleh hambatan budaya, stereotip gender, dan kebijakan yang tidak sensitif<br>gender. Untuk itu, policy brief ini mengkaji peran lembaga dalam mendorong terwujudnya kesetaraan gender<br>dalam kebijakan penyuluhan bagi ujung tombak pelaksana kegiatan tersebut, yakni para penyuluh. Pemberian<br>akses yang lebih besar bagi penyuluh perempuan untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan lanjutan yang<br>didukung oleh pelibatan yang lebih besar bagi para petani perempuan, diyakini menjadi solusi guna<br>mewujudkan kebijakan penyuluhan yang lebih setara gender. Kondisi ini didukung oleh pewajiban bagi<br>penyuluh dan staf bagian lainnya untuk membiasakan membuat pendataan secara terpilah gender. Dengan<br>data ini, akan dapat diketahui permasalahan dan kebutuhan masing-masing gender, sehingga dapat dibuat<br>program dan kegiatan yang lebih tepat sasaran. Upaya untuk memenuhi komitmen kesetaraan gender bagi<br>penyuluh dan petani perempuan ini tidak saja memenuhi hak mereka, melainkan juga dapat meningkatkan<br>produktivitas mereka yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.</p>2025-03-20T15:14:57+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/63212Urgensi Dana Konservasi Desa Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil2025-04-30T16:12:54+07:00Akhmad Solihinakhmad_solihin@apps.ipb.ac.idHari Kushardantohkushardanto@rare.orgRay Chandra Purnamarpurnama@rare.orgAgus Tri Yuliantoayulianto@rare.org<p>Masyarakat pesisir sangat bergantung pada ekosistem pesisir dan laut untuk mata pencaharian mereka, tetapi<br>menghadapi ancaman besar akibat eksploitasi sumber daya, pencemaran, dan perubahan iklim. Dalam rangka<br>mengatasi ancaman kerusakan lingkungan, beberapa desa pesisir melakukan pengaturan berbasikan<br>masyarakat, namun dihadapkan pada keterbatasan dana. Ironisnya, hingga perubahan kedua Undang-Undang<br>Desa pada 2024, pendanaan konservasi masih hanya dialokasikan untuk desa berbasis daratan dan kehutanan,<br>sementara desa pesisir dan pulau-pulau kecil belum mendapatkan akses dana yang setara. Padahal, desa<br>pesisir menghadapi tantangan konservasi yang lebih kompleks, terutama karena sifat perairan laut yang<br>terbuka, sehingga risiko eksploitasi ilegal lebih tinggi. Tanpa dukungan finansial, masyarakat pesisir kesulitan<br>menjalankan program perlindungan ekosistem pesisir. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih inklusif<br>yang memasukkan desa pesisir dalam skema dana konservasi atau dana rehabilitasi, serta insentif bagi desa<br>yang telah menerapkan konservasi berbasis masyarakat.</p>2025-03-24T09:23:56+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/62691Optimalisasi Sorgum sebagai Alternatif Produk Pangan Fungsional2025-04-30T16:12:52+07:00Ilham Fajar Sidqifajarilham@apps.ipb.ac.idAulia Adetyaauliaadetya45@gmail.com<p>Sorgum meskipun memiliki potensi besar sebagai sumber pangan yang bergizi, masih menghadapi berbagai<br>tantangan, termasuk keterbatasan produksi dan kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaatnya. Produksi<br>sorgum belum menjadi prioritas dalam sektor pertanian, dan masyarakat lebih terbiasa mengonsumsi beras.<br>Untuk meningkatkan pemanfaatan sorgum, diperlukan inovasi dalam pengolahan dan diversifikasi produk,<br>seperti tepung sorgum dan beras analog. Edukasi kepada petani mengenai teknik budidaya dan manfaat<br>sorgum juga sangat penting. Dukungan kebijakan dari pemerintah, termasuk subsidi dan pengembangan<br>varietas unggul, diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industri sorgum. Rekomendasi mencakup<br>peningkatan budidaya melalui teknologi modern, kampanye kesehatan untuk meningkatkan kesadaran<br>masyarakat, serta pengembangan produk berbasis sorgum untuk menarik konsumen. Dengan langkahlangkah<br>ini, sorgum dapat berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan menjadi sumber pangan yang<br>sehat serta berkelanjutan.</p>2025-03-24T11:31:11+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/61239Strategi Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan2025-04-30T16:12:49+07:00Sri Ningsihningsih2176@gmail.comBhekti Setya Ningrumbhektisetyaningrum@apps.ipb.ac.idM Fathan Haidar Januarhaidarfathan@apps.ipb.ac.idAdlil Umaratumarat.adlil@gmail.comYulina Eva Rianyyriany@apps.ipb.ac.id<p>Lingkungan satuan pendidikan merupakan bagian penting terbentuknya generasi penerus bangsa. Namun<br>kondisi lingkungan satuan pendidikan kini sangat mengkhawatirkan akibat tingginya kasus kekerasan yang<br>terjadi. Merespon hal tersebut, dalam upaya perlindungan anak, pemerintah melalui Permendikbudristek No.<br>46 Tahun 2023 mengeluarkan salah satu kebjiakan baru untuk menegaskan pentingnya pencegahan dan<br>penanganan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan. Dengan masih seumur jagung implementasi<br>kebijakan ini menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya, sehingga dibutuhkan strategi agar<br>implementasi kebijakan dapat memberikan perlindungan bagi anak di lingkungan satuan pendidikan. Faktor<br>kunci dari kebutuhan, kendala, program dan koordinasi stakeholder harus diidentifikasi untuk Menyusun<br>strategi agar implementasi kebijakan dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu kajian ini telah mengidentifikasi<br>faktor kunci tersebut dari pendapat regulator, praktisi dan akademisi sehingga dapat menghasilkan strategi<br>implementasi kebijakan pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.</p>2025-03-24T12:48:55+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropikahttps://journal.ipb.ac.id/index.php/agro-maritim/article/view/61169Memaksimalkan Pengaruh Positif Media Komunikasi Dalam Mengoptimalkan Implementasi Nilai Pendidikan Karakter2025-04-30T16:12:47+07:00Ivone Bisararisipapuani02bisararisi@apps.ipb.ac.id<p>Penggunaan media di era digital memiliki peran signifikan dalam membentuk karakter generasi muda. Apabila<br>penggunaannya tidak terkontrol, maka akan menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran ujaran<br>kebencian dan penurunan moralitas. Policy brief ini menguraikan dampak media terhadap implementasi<br>pendidikan karakter serta merumuskan strategi kebijakan yang dapat memaksimalkan manfaat media dalam<br>membangun karakter bangsa. Dengan kebijakan yang tepat, media dapat dioptimalkan sebagai sarana<br>edukatif untuk menanamkan nilai-nilai etika, tanggung jawab, dan toleransi melalui literasi digital yang<br>berkelanjutan. Pendekatan ini memerlukan sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, dan<br>pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan pengawasan, pemanfaat media yang bijak, serta integrasi<br>pendidikan karakter ke dalam ekosistem digital. Melalui kebijakan strategis yang berbasis kolaborasi dan<br>penguatan literasi, media memiliki peran positif dalam mencetak generasi yang berkarakter, kompetitif, dan<br>siap menghadapi tantantangan global.</p>2025-03-24T14:30:04+07:00Copyright (c) 2025 Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika